Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Penurunan harga batubara berturut-turut selama empat hari diduga masih akan terus berlanjut. Minimnya katalis positif menambah beban harga batubara.
Mengutip Bloomberg, Senin (6/7) harga batubara kontrak pengiriman Agustus 2015 di bursa ICE Commodity Exchange tercatat menukik 0,42% ke level US$ 58,70 per metrik ton. Hal yang sama juga terjadi dalam sepekan terakhir yang mana harga batubara sudah merosot 0,92%.
Analis Pefindo, Guntur Tri Hariyanto menuturkan bahwa saat ini permintaan dari Australia sedang mengalami penurunan tajam. Sehingga harga batubara ikut terseret dalam tren pelemahan yang panjang. “Sebab pelemahan permintaan ini tidak hanya terjadi di Australia tapi juga China dan Amerika Serikat,” kata Guntur.
Pemerintahan China mendesak untuk segera memangkas konsumsi batubaranya untuk mengurangi emisi gas. Berdasarkan data International Energy Agency, batubara menyumbang 44% emisi gas karbon yang mencemari lingkungan di China.
Hal yang sama juga terjadi di Amerika Serikat. “Sudah tidak ada lagi pembangkit listrik batubara yang baru dan diperkirakan kontribusi batubara bagi pembangkit listrik di AS hanya tinggal 13% di tahun 2030,” papar Guntur.
Ditambah lagi, “India terus berupaya mengurangi ketergantungan impor batubaranya,” jelas Guntur. Ini ditunjukkan dengan upaya India untuk membuka program ekspansi solar di lima kota dengan biaya sekitar US$ 300 juta.
Perdana Menteri India, Narendra Modi mendorong penggunaan hingga 100 gigawatt untuk tenaga solar di tahun 2022. Angka ini naik 4,1 gigawatts dari saat ini. Nantinya Solar Energy Corp perusahaan negara India akan mengajukan tender dengan total 3 gigawatt untuk disalurkan di Gujarat, Madhya Pradesh, Uttar Pradesh, Karnataka dan Tamil Nadu.
“Lewat upaya pemenuhan kebutuhan batubara dalam negeri India dan upaya negara-negara lain menyesuaikan diri dengan isu lingkungan, jelas permintaan batubara global akan tergerus,” papar Guntur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News