kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan dana asing di pasar obligasi dinilai masih dalam tahap wajar


Jumat, 28 Februari 2020 / 21:03 WIB
Penurunan dana asing di pasar obligasi dinilai masih dalam tahap wajar
ILUSTRASI. Pejalan kaki melintas dekat papan elektronik yang menampilkan grafik pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (4/12). Kepemilikan asing pada surat berharga negara turun sepanjang bulan Februari 2020.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing keluar dari pasar obligasi Indonesia. Di awal Februari, jumlah dana asing di obligasi negara masih sebanyak Rp 1.071,38 triliun. Per 27 Februari kemarin, kepemilikan asing pada surat berharga negara telah menyusut menjadi Rp 1.050,89 triliun.

Selain dana asing yang keluar, terjadi juga kenaikan level credit default swap (CDS) Indonesia tenor 10 tahun. Merujuk Bloomberg, Kamis (27/2), level CDS Indonesia berada di 156,09 atau naik 32,5% dibanding level terendah di 117,770 pada 17 Februari.

Kendati demikian, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menilai, keluarnya dana asing dan naiknya CDS merupakan imbas kepanikan yang terjadi di pasar. Hal ini akibat penyebaran virus corona yang semakin meluas dan menjangkiti berbagai negara baru.

“Beberapa hari ke belakang, ketidakstabilan di pasar global semakin nyata imbas virus corona. Ketika gejolak terjadi dan ada kemungkinan perlambatan ekonomi global, investor akan beralih memilih aset safe haven,” kata Ramdhan kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).

Baca Juga: Bahana: Pelemahan rupiah akibat kecemasan eksportir di pasar valas

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga berpendapat yang sama. Dia melihat investor asing masih belum terlalu nyaman dengan pasar obligasi Indonesia di tengah penyebaran virus corona yang tidak terkendali.

“Hal tersebut kemudian membuat investor semakin cemas sehingga beralih memegang safe haven asset. Mulai dari emas, US Treasury dan dolar AS,” kata Nico.

Ramdhan menilai situasi yang terjadi saat ini sifatnya hanya situasional. Tapi, dia juga belum bisa memprediksi kapan situasi ini akan segera berakhir dan kembali seperti sebelum virus corona menjadi wabah dunia.

“Sampai sekarang penanganan titik terang wabah ini juga belum terlihat, sementara korban dan persebaran semakin luas. Tetapi ketika kondisi ini mulai terkendali dan stabil, secara berangsur keadaan akan kembali seperti sedia kala,” jelas Ramdhan.

Baca Juga: Level CDS naik 32% masih karena virus corona

Ramdhan optimistis semuanya akan kembali seperti semula karena sebenarnya yield Indonesia sebelum situasi ini termasuk yang paling menarik di Asia. Selain itu, kondisi pasar yang cukup likuid juga menjadi nilai tambah. Tak mengherankan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) sempat mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa pada 13 Februari silam.

“Menurut saya, kondisi mikro internal saat ini cukup bagus dan secara umum kondisi fundamental cukup stabil sebelumnya. Mungkin yang cukup menjadi sorotan adalah defisit transaksi berjalan kita yang agak membuat khawatir,” tambah Ramdhan.

Tapi secara umum Ramdhan melihat kondisi saat ini masih wajar dan menegaskan tidak perlu khawatir berlebih. Sebab fundamental Indonesia secara umum masih cukup kuat dan begitu krisis ini berakhir, investor asing akan kembali melirik pasar obligasi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×