Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga batubara mendapat sentimen positif dari kenaikan permintaan dari negara - negara Asia. Hal tersebut menahan pelemahan harga yang mendapat tekanan dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, negara - negara di AS dan Eropa memang sedang berjuang untuk menghindari penggunaan batubara pada pembangkit listrik. Namun, kondisi berbeda terjadi pada negara - negara di Asia.
Di tengah lemahnya permintaan, Rusia justru berencana meningkatkan ekspor batubara ke China pada tahun ini dari jumlah tahun lalu sebesar 19 juta ton. Ini menunjukkan adanya optimisme pada besarnya kebutuhan batubara negeri panda.
Selain itu, negara Vietnam juga meningkatkan impor batubara pada bulan Januari lalu menjadi 1,24 juta ton dari periode sama tahun lalu sebesar 267.149 ton. "Peningkatan impor batubara Vietnam terjadi karena pada akhir tahun lalu sejumlah pembangkit listrik mulai beroperasi kembali setelah sempat terhenti," papar Deddy.
Indonesia turut memberi kontribusi pada kenaikan impor batubara Vietnam. Pada bulan Januari 2016, ekspor batubara Indonesia ke Vietnam meningkat cukup signifikan hingga 363,7% menjadi 272.483 dibanding bulan sebelumnya.
"Beberapa sentimen tadi saya kira akan menjaga harga batubara tetap bergerak stabil walaupun secara jangka panjang hambatan faktor ramah lingkungan masih akan menjadi tantangan," kata Deddy.
Mengutip Bloomberg, Senin (22/2) harga batubara kontrak pengiriman Maret 2016 di ICE Future Exchange terkikis 0,39% ke level US$ 50,85 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, batubara tergerus 0,58%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News