kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan pulsa cashless bisa tekan margin TELE


Selasa, 05 April 2016 / 08:46 WIB
Penjualan pulsa cashless bisa tekan margin TELE


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Bisnis penjualan voucher pulsa memang menjadi tulang punggung kinerja PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE). Permintaan voucher pun selalu bertambah, apalagi permintaannya belakangan ini melonjak seiring dengan pertumbuhan pasar smartphone.

TELE tak mau ketinggalan momentum ini. Sehingga, perseroan melakukan kerjasama dengan pihak Telkomsel dan perbankan untuk menjual pulsa melalui ATM dan online banking. Hal ini memang mampu meningkatkan penetrasi penjualan, tapi disisi lain juga bisa menimbulkan masalah lain.

"Kerjasama ini pada saat yang bersamaan akan memangkas margin kotor TELE," ujar Muhamad Farhan, analis Phillip Securities, (4/4)..

Penyebabnya adalah, pihak reseller dan perbankan tidak mengambil selisih harga sebesar para reseller konvensional. Sehingga, operasionalnya pun tidak sebesar penjualan untuk reseller konvensional.

Di sisi lain, kategori nominal pulsa yang dijual juga kadang menimbulkan batasan marginnya tersendiri. Ini berlaku untuk penjualan voucher konvensional.

Ambil contoh, pulsa dengan nominal Rp 100.000. Dari TELE, voucher pulsa dengan nominal ini dijual ke reseller dengan harga Rp 97.000.

Lalu, harganya ketika sampai kepada end user menjadi Rp 101.000. Dari situ terlihat, ada selisih atau margin sekitar 4%.

Bandingkan dengan voucher dengan harga Rp 10.000. Ketika di tangan reseller, harganya dipatok Rp 10.400. Tapi ketika sampai ditangan end user, harganya menjadi Rp 12.000. Jadi, selisihnya sekitar 15%, jauh lebih tinggi ketimbang margin voucher nominal Rp 100.000.

Farhan memprediksi, EBITDA margin TELE tahun ini sekitar 3,2% versus 3,6% tahun lalu. Sementara, margin laba bersihnya tertahan pada level 1,7%.

Analis Bahana Securities Leonardy Gavaza menjelaskan, penjualan dengan istilah machine to machine (M2M) distribution ini nantinya diprediksi akan menyumbang penjualan voucher pulsa Rp 3 triliun, atau setara 15% terhadap total penjualan voucher TELE.

Leo juga mengakui M2M distribution justru memberikan margin yang lebih tipis ketimbang penjualan konvensional. "Tapi setidaknya, kerjasama ini akan membantu TELE dalam mendifersifikasi aliran penjualannya dan menambah kesinambungan sumber pendapatan TELE," tulisnya dalam riset 18 Maret lalu.

Dia memprediksi, TELE bakal menguasai 31% pangsa masar M2M dimana hal ini juga berkontribusi 13% terhadap pendapatan penjualan voucher Telkomsel.

Terlepas masalah margin, secara keseluruhan TELE masih tetap prospektif. Penjualan voucher pulsa baik itu konvensional hingga yang transaksinya dilakukan online tanpa mengguanakan uang tunai atau cashless sekalipun bakal terus tumbuh.

Atas dasar ini, Farhan dan Leo merekomendasikan BUY TELE. Farhan menetapkan target harga Rp 1.140 per saham, sementara Leo Rp 1.180 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×