kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,13   5,82   0.64%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penjualan ekspor naik, Integra Indocabinet (WOOD) berpeluang pertahankan kinerja


Kamis, 25 Juni 2020 / 21:57 WIB
Penjualan ekspor naik, Integra Indocabinet (WOOD) berpeluang pertahankan kinerja
ILUSTRASI. Perusahaan manufaktur berbahan kayu seperti furnitur, furniture, mebel, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD)


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas penjualan ekspor yang mulai berjalan serta potensi pasar yang semakin besar membuka peluang bagi PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) untuk mempetahankan kinerja positif di tahun ini.

Analis OSO Sekuritas, Sukarno Alatas mengatakan meski ada kekhawatiran gelombang kedua pandemi bisa terjadi dan berpotensi menghambat laju kinerja WOOD dalam meraih target kinerja, peluang WOOD untuk mempertahankan kinerja di tahun ini juga masih ada.

Adapun peluang WOOD untuk meningkatkan kinerja datang dari penjualan ekspor yang memang berkontribusi besar pada perolehan pendapatan. Sukarno melihat dengan AS yang menerapkan tarif perang dagang dan tarif anti dumping serta anti subsidi terhadap produk-produk dari China dan Brazil, justru membawa sentimen positif bagi WOOD.

Baca Juga: Genjot ekspor, Integra Indocabinet (WOOD) optimistis bisnis di semester-II lebih baik

"Akibat kebijakan tersebut produk-produk dari Indonesia, termasuk WOOD bisa meningkatkan volume penjualan di pasar furnitur AS," kata Sukarno, Kamis (25/6).

Analis Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing juga melihat pasar WOOD berpotensi meningkat. Dalam riset, Sebastian mencatat bahwa impor furnitur AS dari China berangsur menurun dari 38% di 2018 menjadi 26% di 2019.

"Integra tengah fokus berekspansi dengan menambah kapasitas dan mendiversifikasi produknya agar siap merebut pangsa pasar China di AS," kata Sebastian, dalam riset.

Jika di kuartal I-2020, WOOD sempat merasakan hambatan ekspor furniture ke AS karena beberapa pelabuhan di sana tutup akibat pandemi, memasuki kuartal II-2020 manajemen WOOD mengatakan penjualan ekspor mulai berjalan lancar. Produsen mebel ini pun masih optimistis menargetkan pendapatan tahun ini di Rp 2,8 triliun.

Sekadar informasi,  pada laporan keuangan tahun lalu, pendapatan WOOD naik 1,4% secara tahunan menjadi Rp 2,13 triliun. Sementara, perolehan laba bersih senilai Rp 217,47 miliar atau menurun 9% secara tahunan.

Sebastian mengatakan memang data ritel penjualan furnitur di AS menurun 26% secara bulanan di Maret. Namun, Sebastian optimitis bisnis furnitur akan kembali bergairah begitupun dengan WOOD seiring dengan pelonggaran lockdown dan jika aktivitas ekonomi AS mulai dibuka. 

Lihat saja, Sebastian mencatat penjualan furnitur di Hong Kong naik 36,5% secara bulanan, Korea selatan naik 5,1% secara bulanan dan Malaysia juga naik 9,4% secara bulanan setelah negara-negara tersebut mulai membuka aktivitas ekonominya.

Sebastian juga melihat bantalan kinerja WOOD dalam mempertahankan kinerja positif datang dari aset land bank. Integra memiliki land bank seluas 30 hektare yang dibeli pada 2017 yang pada awalnya diperuntukkan untuk membangun pabrik baru. Namun, manajemen memutuskan untuk berpindah lokasi. Dengan begitu, saat ini harga land bank tersebut terapresiasi dan Sebastian memproyeksikan bisa menambah Rp 190 miliar hingga Rp 210 miliar pada keuntungan sebelum pajak.

"Memang menjual tanah seluas itu di tengah krisis ekonomi itu sulit, tetapi Integra masih bisa menjual land bank tersebut di akhir tahun depan, meski kami belum memasukkan penjualan lahan tersebut dalam estimasi keuntungan saat ini," kata Sebastian.

Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) anggarkan capex Rp 100 miliar, fokus untuk perawatan mesin

Sebastian optimistis di tegah tekanan pandemi, pendapatan WOOD berpotensi tumbuh 18% di tahun ini dan tumbuh 22% di tahun depan. Sebastian merekomendasikan buy di target harga Rp 630 per saham.

Sementara, Sukarno melihat anggaran capex tahun ini yang senilai Rp 100 miliar atau lebih rendah dari capex tahun lalu yang sebesar Rp 200 miliar, justru berdampak positif. "Capex turun akan menyebabkan valuasi perusahaan jadi meningkat," kata Sukarno.

Valuasi WOOD jika dilihat dari PE dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir, berada di standar deviasi -1, atau masih berada di bawah rata-rata PE lima tahun. "Target di standar deviasi -1 berada di 13,45 kali artinya target terdekat dalam 12 bulan berada di Rp 450," kata Sukarno.

Sementara, dari PBV juga sudah diskon karena PBV berada di bawah 1 kali yang saat ini PBV berada di 0,87 kali. Sukarno merekomendasikan buy di target harga Rp 450.

"Bisa buka kisaran buy di Rp 326-Rp 332 atau strong buy jika harga bergerak di bawah harga Rp 308," kata Sukarno. 

Sukarno mengingatkan investor harus tetap memperhatikan aktivitas perusahaan dalam hal ekspor, laporan keuangan kuartal lI yang sudah diprediksikan turun dan harga saham yang sudah menggambarkan penurunan tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×