Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penjualan batubara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengalami kenaikan. Sejak awal tahun hingga akhir September, tonase penjualannya tercatat mengalami kenaikan 10,7% year on year (yoy) menjadi 64,6 juta ton.
Sayang, kenaikan ini tidak diikuti oleh harga penjualan seiring dengan masih rendahnya tren harga batubara. Rata-rata harga jual batubara BUMI selama sembilan bulan tahun ini tercatat US$ 40,1 ton, turun sekitar 12% yoy.
"Penurunan ini karena kondisi pasar batubara yang tren harganya masih rendah dan juga karena pelaksanaan kontrak-kontrk sebelumnya," ujar Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava dalam keterangan resminya, Rabu (2/11).
Penjualan BUMI masih didominasi oleh anak usahanya, PT Kaltim Prima Coal (KPC). KPC PC menyumbang penjualan batubara sebesar 44,5 juta ton. Sementara, kontributor kedua berasal dari PT Arutmin Indonesia yang mencatat penjualan 20,2 juta ton.
Dileep bilang, kinerja Arutmin perlu dicermati. Sebab, perusahaan tersebut mampu meningkatkan kinerja operasionalnya secara signifikan.
Arutmin mampu meningkatkan jumlah batubara yang ditambang sebesar 43,9% menjadi 8 juta ton pada triwulan III 2016 dibandingkan dengan triwulan III 2015 yang hanya sebesar 5,5 juta ton.
Manajemen akan mempertahankan performa ini. Sehingga, target penjualan batubara sebesar 85 juta ton bisa terealisasi atau bahkan malah terlampaui. "Periode 2017 akan lebih baik lagi, terutama dari sisi harga," kata Dileep.
Pada perdagangan Rabu, BUMI ditutup berada pada level Rp 244 per saham, naik 7% setelah sebelumnya ditutup pada Rp 228 per saham. Posisi tersebut membuat saham BUMI mencatat level tertingginya dalam dua tahun terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News