kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.210   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Penguatan rupiah masih rentan terkoreksi


Selasa, 30 Juni 2015 / 10:57 WIB
Penguatan rupiah masih rentan terkoreksi


Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat sebesar 32 poin menjadi Rp13.323 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.355 per dolar AS.

"Faktor teknikal mendorong mata uang rupiah bergerak menguat. Namun, penguatan rupiah juga masih rentan untuk kembali terkoreksi, menyusul maraknya sentimen negatif di pasar global," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada, Selasa (30/6).

Ia mengatakan bahwa belum selesainya penyelesaian utang Yunani kepada kreditur internasional hingga berujung pada penutupan sejumlah bank untuk mencegah penarikan tabungan secara masal membuat mata uang euro tertekan cukup dalam.

"Situasi di Yunani itu dapat berdampak negatif ke pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia. Kondisi itu tentu akan mendorong permintaan dolar AS sebagai aset 'safe haven' akan meningkat yang pada akhirnya menekan rupiah," ucapnya.

Menurut dia, Yunani diperkirakan mengalami gagal bayar pada pembayaran utang IMF sekitar 1,5 miliar euro (1,7 miliar dolar AS) yang jatuh tempo pada Selasa, 30 Juni, langkah pertama pada jalan yang dapat menyebabkan Athena keluar dari zona Euro.

Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa walaupun secara fundamental pengaruh perekonomian Yunani minimal terhadap Indonesia, dampak jangka pendek dari penyesuaian portfolio global dipastikan masih akan menekan pasar keuangan domestik baik dalam mata uang rupiah, saham serta surat utang.

"Tingginya kepemilikan asing di pasar saham dan obligasi bisa mengancam stabilitas pasar keuangan domestik, terutama jika Yunani benar-benar keluar dari zona Euro," ujarnya.

Di sisi lain, lanjut dia, angka inflasi yang sedianya akan diumumkan besok (Rabu, 1/7) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang diperkirakan naik dapat menjadi sentimen negatif bagi mata uang rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×