Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah hari ini (15/7) sukses menguat tajam terhadap dollar Amerika Serikat (AS), sehingga menembus level psikologis Rp 14.000 per dollar AS. Kondisi ini diprediksi masih akan berlanjut pada perdagangan besok (16/7).
Asal tahu saja, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatatkan penguatan rupiah sebanyak 0,82% ke level Rp 13.970 per dollar AS. Rupiah spot pun menguat 0,63% ke level Rp 13.920 per dollar AS.
Analis Maxco Futures Suluh Adil Wicaksono mengatakan, faktor utama yang menjadikan rupiah bisa seperkasa hari ini adalah kondisi dollar AS yang lesu. Ini karena pasar tengah merespons rencana Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve yang memberikan sinyal kuat untuk memangkas suku bunga acuannya akhir bulan ini. Terbukti, dari penguatan beberapa mata uang dunia terhadap dollar AS, termasuk terhadap EUR dan juga AUD.
"Pidato kemenangan Joko Widodo (Jokowi) semalam juga jadi nilai plus untuk penguatan rupiah hari ini," jelas Suluh kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).
Suluh menjelaskan, pidato Jokowi tersebut telah berdampak positif bagi pasar. Poin yang disampaikan serta cara penyampaian dianggap cukup melegakan dan memperlihatkan prospek yang positif untuk lima tahun ke depan. Ditambah lagi, laporan utang luar negeri (ULN) yang dirilis Bank Indonesia (BI) cukup memberikan tambahan vitamin bagi penguatan rupiah hari ini.
Berdasarkan laporan ULN per akhir Mei 2019, bank sentral melaporkan bahwa pertumbuhan utang cenderung melambat, dengan kondisi yang diklaim lebih sehat. Tercatat per akhir Mei 2019 ULN berada di level US$ 386,1 miliar, terdiri dari US$ 189,3 miliar utang pemerintahan dan sebanyak US$ 196,9 miliar merupakan utang swasta. Angka tersebut tumbuh 7,4% secara year on year (yoy) atau lebih rendah dibandingkan catatan bulan sebelumnya yang tumbuh 8,8% (yoy).
"Pertumbuhan utang melambat, atau kecenderungan ULN stabil baik dari utang pemerintah maupun utang swasta. Hal ini menopang penguatan rupiah juga," ujarnya.
Beberapa kondisi fundamental tersebut, dinilai Suluh sebagai amunisi lebih yang menjadikan rupiah lebih perkasa dibandingkan kurs regional Asia. Bahkan, pada perdagangan besok (16/7) kurs rupiah diyakini masih akan melanjutkan penguatan, di rentang Rp 13.850 per dollar AS hingga Rp 14.100 per dollar AS.
Namun, sentimen hari ini dianggap hanya berlaku untuk pergerakan harian kurs rupiah saja. Untuk jangka menengah dan panjang masih bergantung pada sentimen global. Bahkan, Suluh meragukan rupiah bisa bertahan di level bawah Rp 14.000 per dollar AS untuk waktu yang lama.
Meskipun sinyal The Fed yang dovish dan bakal memangkas suku bunga acuannya di bulan ini cukup kuat, beberapa asumsi baru muncul. Pasar mulai melihat ada peluang bagi The Fed untuk menunda penurunan suku bunga acuannya di bulan ini, sehingga dollar AS juga memiliki peluang untuk kembali menguat terhadap mata uang dunia.
Sembari menanti hasil rapat The Fed di akhir Juli 2019 nanti, Suluh memperkirakan rupiah akan bergerak pada rentang Rp 13.750 per dollar AS hingga Rp 14.100 per dollar AS. "Dengan penguatan rupiah, pasar saat ini tengah mencari kapan waktu yang tepat untuk membeli dollar AS. Prinsipnya, selama rupiah berada di bawah Rp 14.000 per dollar AS silahkan dibeli," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News