Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) memanfaatkan pelemahan mata uang ringgit untuk bergerak menguat. Analis memprediksi penguatan harga CPO bisa berlanjut dengan dukungan dari sisi produksi maupun konsumsi.
Mengutip Bloomberg, Selasa (9/5) pukul 16.41 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Juli 2017 di Malaysia Derivative Exchange menguat 1,1% ke level RM 2.620 per metrik ton atau US$ 604,7 dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir CPO menanjak 3,1%.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra mengatakan, penguatan harga CPO seiring dengan melemahnya nilai tukar ringgit terhadap dollar AS. Pelemahan mata uang ringgit membuat harga CPO lebih murah sehingga mendorong aksi beli pelaku pasar.
Di samping itu, CPO memang mendapat sokongan dari beberapa sentimen positif. Konsumsi CPO pada bulan Ramadan selalu naik, terutama untuk memenuhi kebutuhan minyak sayur. "Optimisme kenaikan permintaan pada bulan Ramadan juga menjadi salah satu faktor yang mengangkat harga," papar Putu.
Tak hanya menjelang bulan Ramadan, permintaan CPO hingga akhir tahun diharapkan membaik dengan dukungan program biodiesel pemerintah Indonesia.
Apalagi, pemerintah baru saja mengeluarkan kuota bagi PT Pertamina dan PT AKR Corporindo untuk menjual 1,37 juta kiloliter biodiesel pada periode Mei - Oktober 2017. Pertamina akan mendapat pasokan biodiesel sebesar 1,35 juta kiloliter dari 19 produsen, sedangkan AKR akan menerima pasokan sebesar 240.000 kiloliter dari tujuh produsen.
Di saat permintaan membaik, angka produksi justru berpotensi turun. Sebab, hujan deras di Kalimantan kemungkinan akan mengganggu produksi CPO Indonesia yang merupakan produsen terbesar di dunia. Dengan dukungan sentimen positif, Putu memperkirakan harga CPO hingga akhir semester pertama dapat menanjak ke RM 2.740 - RM 2.800 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News