kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Pengeluaran jelang Lebaran naik, simak tips mengelola keuangan agar lebih efektif


Kamis, 22 April 2021 / 13:55 WIB
Pengeluaran jelang Lebaran naik, simak tips mengelola keuangan agar lebih efektif
ILUSTRASI. Belanja jelang Lebaran


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama bulan puasa, pengeluaran cenderung mengalami kenaikan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Apalagi, kenaikan harga juga kerap terjadi selama bulan ini. Di satu sisi, memang ada tambahan pemasukan dari tunjangan hari raya (THR) jelang lebaran. 

Kondisi tersebut pada akhirnya mengharuskan kita untuk lebih jeli dan bijak mengelola keuangan di sepanjang bulan Ramadan dan juga cara mengelola uang THR.

Penasihat untuk Wealth and Asset Management Indonesia (WAM Indonesia) Legowo Kusumonegoro membagikan sedikit tips untuk mengelola keuangan pada periode tersebut.

Legowo menyebut, pada dasarnya ada dua faktor penyebab naiknya pengeluaran. Pertama, naiknya harga di sepanjang Ramadan dan menjelang Lebaran. Kenaikan harga atau inflasi dari harga berbagai bahan pangan menjadi faktor eksternal, karena di luar kontrol kita. 

Kedua, naiknya jumlah pembelanjaan. "Sementara kenaikan jumlah atau frekuensi belanja merupakan faktor internal yang seharusnya bisa kita kontrol. Namun, godaan atau lapar mata sering kali menjadi penyebab jebolnya anggaran," kata Legowo dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Rabu (21/4).

Baca Juga: ​8 Tips meminimalkan biaya pernikahan

Selain itu, terkadang orang suka memberikan hadiah atas keberhasilan anak atas keberhasilannya menunaikan ibadah puasa.  Alasan lainnya adalah karena ingin melanjutkan tradisi, seperti membeli baju dan sendal/sepatu baru, mudik, bagi-bagi angpao atau bingkisan, bukber (sebelum pandemi), dan lain-lain.  

"Jika seluruh keinginan ini tidak di-rem atau cenderung menuruti hawa nafsu tanpa adanya pengelolaan keuangan yang benar, sangat mungkin akan berujung pada lilitan utang. Padahal, esensi berpuasa adalah untuk mengendalikan hawa nafsu," jelasnya.

Sementara untuk pengaturan THR, Legowo menyarankan untuk membuat skala prioritas. Ia menyebut, prioritas utama adalah membayar THR orang yang bekerja untuk kita dan membayar zakat dan sedekah. Lalu, melunasi utang, mengisi simpanan dana darurat, serta diinvestasikan. Barulah jika ada sisa, bisa untuk dibelanjakan.

"Ketimbang diinvestasikan di tabungan atau deposito, reksadana pasar uang bisa jadi pilihan. Pasalnya, per akhir Maret, rata-rata bagi hasil deposito syariah 1 bulan di bank lokal hanya sebesar 2,85%. Sementara reksadana pasar uang bisa memberikan imbal hasil lebih tinggi dari angka tersebut," pungkas Legowo.

Selanjutnya: Siap lindungi milenial, BCA Life hadirkan Mylifeguard.id dengan tampilan baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×