Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Budi Frensidy, pengamat pasar modal menilai, volatilitas nilai tukar rupiah akan mempengaruhi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun.
Menurut prediksi Budi, IHSG sewajarnya akan ditutup di kisaran level harga 6.200 - 6.300. "Yang berarti sedikit turun dari akhir tahun lalu," ujar Budi, akhir pekan lalu. Menurut dia, IHSG bisa berada di atas 6.300 jika rupiah stabil di kisaran Rp 14.500 per dollar AS.
Sejauh ini, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) masih terus berupaya menguatkan nilai tukar rupiah. Beberapa cara yang dilakukan, yakni dengan menaikkan suku bunga, intervensi ke pasar keuangan lewat sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan pasar surat utang negara, mewajibkan hedging bagi perusahaan, menghidupkan lagi transaksi swap dan terakhir adalah kebijakan domestic non deliverable forward (DNDF).
Budi mengatakan, seluruh kebijakan tersebut dinilai cukup tepat dilakukan saat ini. "Tidak ada yang bisa memastikan apakah langkah-langkah tersebut efektif atau tidak, tapi saya pikir itulah yang dapat dilakukan BI. Masih ada faktor neraca dagang yang defisit, dan impor minyak yang meningkat," kata Budi.
Kebijakan menaikkan suku bunga tentunya memberatkan banyak emiten karena biaya bunga jadi naik. Tetapi jika rupiah terus melemah karena rupiah tidak menarik atau berbunga rendah di mata asing, dampak negatifnya tidak kalah besarnya.
"Suatu dilema. Bagusnya adalah rupiah stabil dan suku bunga juga rendah karena inflasi rendah tentunya. Kondisi ideal ini menjadi barang langka saat ini." kata Budi.
Budi menilai perlu dilakukan pengurangan terhadap impor minyak yang terus naik, dengan membangun smelter minyak untuk meningkatkan produksi minyak dalam negeri.
"Selain itu, bisa menggenjot kedatangan turis luar negeri, mengalakkan substitusi impor atau menggemakan cinta terhadap produk dalam negeri," kata Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News