kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.009.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.440   10,00   0,06%
  • IDX 7.802   65,52   0,85%
  • KOMPAS100 1.089   10,48   0,97%
  • LQ45 793   4,55   0,58%
  • ISSI 266   4,02   1,53%
  • IDX30 411   2,13   0,52%
  • IDXHIDIV20 477   2,24   0,47%
  • IDX80 120   1,29   1,08%
  • IDXV30 131   2,92   2,28%
  • IDXQ30 132   0,22   0,17%

Pengamat: Dolar AS Terus Tertekan Selama Kebijakan Proteksionisme Trump Belum Usai


Kamis, 05 Juni 2025 / 13:34 WIB
Pengamat: Dolar AS Terus Tertekan Selama Kebijakan Proteksionisme Trump Belum Usai
ILUSTRASI. Mata uang Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan pelemahan sepanjang tahun 2025 membuka ruang penguatan bagi mayoritas valas lainnya. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/bar


Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan pelemahan sepanjang tahun 2025. Kondisi ini tentunya membuka ruang penguatan bagi mayoritas valas lainnya. 

Mengutip data tradingeconomics per Kamis (4/6) pukul 12:38 WIB, indeks dolar (DXY) turun 9,58% secara year to date (YtD) ke level 98,91.

Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengungkapkan bahwa tekanan terhadap dolar AS kemungkinan akan terus berlanjut selama kebijakan proteksionisme Presiden Donald Trump masih diberlakukan. 

Pasalnya, kebijakan ini telah berdampak negatif terhadap perekonomian AS, tercermin dari sejumlah data ekonomi terbaru yang mengecewakan, termasuk kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal pertama 2025 yang mengindikasikan potensi resesi.

Baca Juga: Rupiah Spot Menguat 0,05% ke Rp 16.287 per Dolar AS pada Kamis (5/6) Siang

"Saat ini, kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump justru memberikan tekanan tambahan terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut," kata Lukman kepada Kontan, Kamis (5/6)

Meski begitu, masih ada peluang bagi dolar AS untuk pulih jika tercapai kesepakatan dagang yang dianggap tidak terlalu membebani ekonomi AS. 

Secara umum, mata uang lain berpotensi menguat terhadap dolar AS. Namun, perlambatan ekonomi AS dikhawatirkan juga akan berdampak luas pada perekonomian global dan negara-negara lain. 

Dalam kondisi seperti ini, mata uang safe haven seperti franc Swiss (CHF) dan yen Jepang (JPY) diperkirakan akan tampil lebih kuat. Selain itu, dolar Singapura (SGD) dari negara berkembang juga menunjukkan potensi positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×