kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Penerbitan reksadana terproteksi kian marak jelang akhir tahun


Selasa, 20 November 2018 / 14:40 WIB
Penerbitan reksadana terproteksi kian marak jelang akhir tahun
ILUSTRASI. Reksadana


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang akhir tahun, para manajer investasi masih terus berlomba-lomba menerbitkan reksadana terproteksi baru. Tren kenaikan yield surat utang negara (SUN) dan suku bunga acuan menjadi katalis ditambah kondisi pasar yang belum benar-benar stabil membuat pamor instrumen tersebut kian meningkat.

Berdasarkan data Kustodian Sentra Efek Indonesia, terhitung sejak  1—19 November, sudah ada 14 produk reksadana terproteksi baru yang beredar di pasar. Contohnya adalah HPAM Smart Syariah Protected II, Avrist Dana Terproteksi Spirit 5, Ayers Protected Fund I, dan Sucorinvest Proteksi 27.

Direktur Ayers Aset Management Idrus mengatakan, permintaan terhadap reksadana terproteksi memang meningkat seiring melonjaknya yield SUN dan suku bunga acuan. Hal ini yang membuat Ayers Aset Management dan juga manajer investasi lain menerbitkan reksadana terproteksi baru.

Terlebih lagi, reksadana ini memiliki karakteristik yakni dana investasi dari investor akan tersimpan hingga waktu jatuh tempo yang telah ditentukan. Dengan demikian, risiko fluktuaksi harga bisa diminimalisir sedangkan peluang mendapat imbal hasil yang tinggi tetap ada.

Kondisi berbeda terjadi jika berinvestasi di reksadana pendapatan tetap. Walau sama-sama berbasis obligasi, investor bisa terpapar risiko penurunan harga mengingat aset dasar reksadana tersebut terus diperdagangkan di pasar sekunder. “Investor yang masuk ke reksadana terproteksi juga bisa menghemat pajak,” tambah dia, kemarin (19/11).

Dalam hal ini, investor hanya akan memperoleh pajak imbal hasil produk reksadana sebesar 5%. Sebaliknya, ketika investor membeli obligasi biasa maka akan dikenakan pajak kupon obligasi mencapai 15%.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyampaikan, tren kenaikan yield SUN dan suku bunga acuan membuat potensi imbal hasil reksadana terproteksi cukup tinggi.

Ia pun menyebut rata-rata imbal hasil reksadana terproteksi bisa mencapai kisaran 9%. Angka tersebut mengacu pada yield SUN seri acuan 10 tahun dan kupon obligasi korporasi bertenor serupa.

Mengutip Indonesia Bond Pricing Agency, yield SUN seri acuan 10 tahun berada di level 8,00% pada Senin (19/11). Di saat yang sama, oligasi korporasi tenor 10 tahun dengan peringkat AAA memiliki selisih atau spread sebesar 146,13 bps dari yield SUN bertenor sama. Selisih makin lebar jika obligasi korporasi yang bersangkutan memiliki peringkat lebih rendah.

“Potensi imbal hasil yang didapat dari reksadana terproteksi juga bergantung pada kualitas aset dasar instrumen tersebut,” kata Wawan.

Tren penerbitan reksadana terproteksi pun diyakini masih akan berlanjut hingga tahun depan. Bahkan, jika tren kenaikan suku bunga acuan terus berlanjut, besar kemungkinan reksadana terproteksi berpeluang mencatatkan dana kelolaan yang lebih tinggi dari reksadana saham suatu saat nanti.

Sekadar catatan, per Oktober dana kelolaan reksadana terproteksi mencapai Rp 131,47 triliun, sedangkan reksadana saham mencapai Rp 142,93 triliun.

“Peluang tersebut cukup terbuka mengingat dana kelolaan reksadana terproteksi sudah tumbuh lebih dari Rp 20 triliun sepanjang tahun ini,” tandas Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×