Reporter: Marantina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kondisi perekonomian global yang masih serba belum pasti tampaknya tak lantas menyurutkan niat manajer investasi (MI) untuk meluncurkan produk reksadana baru. Buktinya, beberapa MI berencana menerbitkan reksadana anyar pada paruh kedua tahun ini.
PT BNP Paribas Investment Partner, misalnya, akan menerbitkan reksadana saham dan pendapatan tetap. Vivian Secakusuma, Presiden Direktur BNP Paribas, mengatakan, kedua produk anyar ini masih dibahas secara internal. Jadi, waktu penerbitan yang pasti belum ditetapkan. "Kami akan usahakan di tahun ini terbit,” tutur dia.
Pada semester-I 2012, BNP Paribas telah menerbitkan dua produk reksadana konvensional berjenis reksadana saham dan campuran. Dua produk reksadana baru itu diharapkan bisa membantu pencapaian target dana kelolaan per akhir tahun ini, yaitu Rp 33 triliun.
Target dana kelolaan itu lebih tinggi 15% daripada posisi dana kelolaan BNP per akhir tahun lalu, yaitu Rp 28,5 triliun. Sekadar catatan, per akhir Juni, dana kelolaan MI ini sudah mencapai Rp 32,8 triliun. Itu berarti, dalam lima bulan pertama di 2012, dana kelolaan BNP sudah berhasil mencapai 96% dari target sepanjang tahun ini. Vivian bilang, BNP akan segera merevisi target dana kelolaan setelah target itu tercapai.
Selain BNP, Samuel Sekuritas juga akan menerbitkan produk reksadana baru pada kuartal IV, yakni reksadana Syariah Saham. Manajer Investasi Samuel Sekuritas, Herbie Mohede, menargetkan, produk ini bisa mencetak imbal hasil sebesar 20%.
“Peminatnya sebagaian besar berasal dari investor ritel, dan saat ini masih dalam proses untuk pengajuan ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK),” kata Herbie.
Jisawi Finas juga tak mau ketinggalan. Sunggul Situmorang, Direktur Utama Jisawi Finas, mengatakan, Jisawi akan menelurkan satu reksadana penyertaan terbatas (RDPT). Waktu penerbitan paling lambat akhir 2012.
Jisawi sudah punya produk reksadana konvensional, yakni reksadana saham. "Jadi, kami berencana menerbitkan RDPT untuk melengkapi produk, sekaligus karena banyak permintaan dari investor,” ujar Sunggul.
Sunggul mengakui, saat ini belum ada keputusan akan menggunakan aset dasar perusahaan hotel, elektronik, atau perbankan. Ia menuturkan, produk itu masih dalam tahap perencanaan dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan investor, yang berasal dari institusi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News