Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Amunisi obligasi korporasi diperkirakan lebih ramai pada kuartal keempat tahun ini. Maklum, sejumlah perusahaan yang menunda penerbitan pada kuartal sebelumnya bakal merealisasikan pada sisa tahun ini.
Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga menduga, realisasi penerbitan obligasi korporasi hingga akhir tahun ini bisa melebihi Rp 60 triliun. Lonjakan emisi diperkirakan terjadi pada kuartal IV-2015.
Korporasi yang semula memilih wait and see, harus merealisasikan penerbitan surat utang demi menutupi kebutuhan dana, termasuk membiayai utang jatuh tempo (refinancing). Maklum, jumlah surat utang yang jatuh tempo hingga akhir tahun ini masih cukup besar.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, jumlah yang jatuh tempo pada kuartal IV-2015 mencapai Rp 10,31 triliun. Kontribusi terbesar dari sektor keuangan, yaitu Rp 8,84 triliun. Biaya dana alias cost of fund penerbitan obligasi saat ini terbilang lebih rendah ketimbang pinjaman perbankan.
"Saat ini, bunga pinjaman perbankan sekitar 11%, sedangkan kupon obligasi korporasi bertenor tiga tahun dengan rating bagus sekitar 10%-10,5%," terang Demon.
Prediksi dia, kupon obligasi korporasi pada pengujung tahun ini bisa turun ke rentang 9%-9,5%. Dengan pertimbangan, pasar obligasi akan membaik seiring perbaikan ekonomi domestik. Target inflasi sebesar 4% (±1%) berpeluang terwujud. Selain itu, pemerintah juga meracik paket kebijakan ekonomi jilid I dan II demi mendongkrak perekonomian.
Dari global, ketidakpastian bisa berkurang seiring sikap The Fed yang optimistis mengerek suku bunga acuan pada tahun ini. Sebelumnya, ketidakpastian akibat rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat memicu sejumlah korporasi menunda emisi obligasi pada kuartal III-2015.
Apalagi pasar goyang akibat perlambatan ekonomi China dan kinerja rupiah loyo. Pelemahan rupiah memicu kenaikan yield Surat Utang Negara (SUN). Padahal tingkat yield SUN menjadi acuan kupon obligasi korporasi. Hingga 29 September 2015, total emisi sudah mencapai Rp 52,62 triliun. Rinciannya: kuartal I sebanyak Rp 12,27 triliun, kuartal II sejumlah Rp 24,57 triliun, dan kuartal III sekitar Rp 15,77 triliun.
Tahun depan ramai
Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar berpendapat lain. Ia menduga, penerbitan obligasi korporasi pada kuartal terakhir tahun ini justru berpotensi lebih sedikit. Alasannya, cost of fund emiten sudah tinggi. Kupon obligasi sudah cukup tinggi.
Apalagi ekonomi dalam negeri sedang melambat, sehingga emiten cenderung mengerem ekspansi. "Emiten akan menggunakan dana internal, penerbitan saham baru, atau opsi tidak membagikan dividen ketimbang menambah utang," ungkapnya.
Perkiraan Anil, pada pengujung tahun ini, kupon obligasi korporasi tenor tiga tahun dengan rating AAA berkisar 10% hingga 10,75%. Tahun depan ia memperkirakan, penerbitan obligasi korporasi bisa lebih ramai. Dengan catatan, rupiah lebih stabil, ketidakpastian global berkurang, serta membaiknya perekonomian dalam negeri. Tapi, jika situasi belum kondusif, nilai emisi obligasi korporasi bisa lebih rendah ketimbang realisasi tahun ini.
Menurut Anil, emiten sektor keuangan masih akan merajai penerbitan surat utang. "Tapi emiten dari sektor yang searah dengan pembangunan nasional, seperti konstruksi akan banyak menerbitkan obligasi juga," prediksinya.
Sementara, Desmon menduga, tahun depan, emisi obligasi korporasi bisa mencapai Rp 55 triliun-Rp 60 triliun. "Obligasi yang jatuh tempo tahun depan sekitar Rp 48 triliun, minimal bisa segitu," ujarnya. Emiten yang berencana ekspansi akan melirik obligasi korporasi sebagai salah satu sumber dana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News