Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen moratorium proyek infrastruktur layang (elevated) masih membayangi sektor konstruksi. Harga saham perusahaan konstruksi di bursa merosot.
Saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menjadi salah satu saham dengan penurunan terdalam. Kemarin, saham WSKT turun 90 poin atau setara 3,06% menjadi Rp 2.850 per saham. Alhasil, bila dihitung dalam sepekan, alih-alih naik, saham WSKT malah turun 1,72%.
Maklumlah, pelaku pasar cemas kinerja keuangan WSKT bakal terganggu akibat moratorium tersebut. Sebab, dari sepuluh proyek elevated yang disuspensi pengerjaannya, setidaknya lima di antaranya merupakan proyek yang dikerjakan oleh WSKT.
Kelima proyek tersebut adalah tol Bocimi, tol PasuruanProbolinggo, JakartaCikampek elevated, Becakayu dan PemalangBatang. Sedang proyek lain yang disuspen adalah tol Bogor Outer Ring Road (BORR), light rail transit (LRT) Jabodetabek dan double-double track MatramanManggarai. Proyek ini dikerjakan emiten BUMN konstruksi lainnya.
Kecemasan membesar lantaran belum diketahui pasti sampai kapan moratorium berlaku. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) hanya menjanjikan hasil evaluasi terkait teknis pengerjaan proyek tersebut akan selesai dalam waktu satu minggu ke depan.
Aurelia Barus, analis CIMB Sekuritas, menghitung, moratorium tersebut sejatinya tidak berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan WSKT. Dia menggunakan contoh proyek JakartaCikampek elevated.
Menurut hitungan Aurelia, proyek tersebut memberikan pemasukan Rp 218 miliar per bulan untuk WSKT. Jadi, jika skenario terburuknya moratorium berlangsung selama satu bulan, hanya jumlah itu yang hilang. "Pendapatan WSKT setahun penuh hanya berkurang 0,004%," ujar Aurelia dalam riset 20 Februari.
Namun, asumsi itu hanya dari satu proyek. Padahal, selain soal gangguan kinerja, pasar sejatinya juga mencermati soal beban operasional. Misal, WSKT sudah terlanjur menyewa alat berat, tapi pengerjaan proyeknya ditunda. Cuma, potensi kenaikan beban ini belum bisa dihitung.
Tunggul Rajagukguk, Direktur Keuangan WSKT, mengaku belum memiliki hitungan pasti terkait potensi tekanan tersebut. "Masih kami hitung," ujar dia saat dimintai konfirmasi oleh KONTAN, Jumat (23/2).
Tunggul berharap, moratorium tidak berlangsung lama. Dengan demikian, moratorium ini tidak sampai memberikan tekanan pada kinerja keuangan. "Tapi kami yakin dampaknya tidak signifikan, karena proyek kami lebih banyak yang bukan elevated," tegas dia.
Tetap Prospektif
Aurelia yakin, moratorium tidak berdampak signifikan terhadap WSKT. Karena itu, ia menilai saham WSKT masih punya potensi bullish.
Lain halnya dengan saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Menurut Aurelia, efek moratorium memiliki efek yang cukup besar untuk ADHI. Jika skenario terburuk terjadi, moratorium berlangsung selama satu bulan, ADHI bakal kehilangan Rp 618 miliar dalam kurun waktu tersebut. Sehingga, pendapatan ADHI tahun ini berpotensi berkurang 9%.
Manajemen ADHI belum bersedia memberi konfirmasi terkait berapa potensi pendapatan yang bisa hilang akibat moratorium.
Aurelia merekomendasikan add saham WSKT dengan target harga Rp 3.400 per saham. Sedang untuk saham ADHI, dia merekomendasikan reduce dengan target harga Rp 1.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News