Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) mencatat kinerja yang kokoh hingga akhir kuartal ketiga lalu. Emiten baja ini mengantongi pendapatan Rp 1,35 triliun, naik 26,17% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Bahkan, GDST mengantongi laba bersih Rp 12,41 miliar. Pada kuartal ketiga tahun lalu, Gunawan Steel masih merugi Rp 64,35 miliar.
Penopang utama laba GDST tahun ini adalah kenaikan beban pokok penjualan yang lebih kecil daripada kenaikan pendapatan. Beban pokok pendapatan GDST naik 17,26% menjadi Rp 1,24 triliun. Alhasil, margin laba kotor Gunawan Steel meningkat menjadi 8,30% dari tahun sebelumnya hanya 1,37%.
Baca Juga: Bea Masuk Antidumping Baja diperpanjang, Namun Butuh Pengawasan Ketat
Gunawan Steel sebenarnya mencatat kenaikan hampir seluruh beban. Hanya beban lain-lain yang berkurang lebih dari 99%. Tahun lalu, GDST menanggung rugi selisih kurs sebesar Rp 15,60 miliar. Emiten yang bergerak di bidang industri penggilingan pelat baja canai panasi ini tidak lagi menanggung rugi kurs pada 2019.
Perusahaan hasil merger antara Gunawan Dianjaya Steel dan PT Jaya Pari Steel Tbk ini mencatat kenaikan aset sebesar Rp 17,78% menjadi Rp 1,59 triliun. Total liabilitas GDST meningkat hingga 48,85% menjadi Rp 678,59 miliar per akhir September 2019 dari posisi Desember 2018.
Baca Juga: Bisnis baja masih tertekan, ini rekomendasi analis untuk Gunawan Steel (GDST)
Yurnalis Ilyas, Direktur Keuangan GDST mengungkapkan bahwa kenaikan liabilitas ini terjadi pada liabilitas jangka pendek sebesar Rp 220,8 miliar dan liablitas jangka panjang Rp 1,8 miliar. "Naiknya liabilitas jangka pendek terutama terjadi pada perkiraan utang usaha kepada pihak ketiga, atas pembelian bahan baku dalam valuta asing dengan jatuh tempo dalam waktu antara 90 hari hingga 120 hari," kata Yurnalis dalam penjelasan bursa, Kamis (31/10).
Selain itu, GDST pun mengantongi pinjaman modal kerja Rp 130 miliar dari Bank Panin pada Agustus 2019 lalu. Ada pula kenaikan uang muka penjualan sebesar Rp 16,4 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News