Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) pada kuartal III-2018 membukukan penjualan bersih yang bertumbuh 6,38% menjadi Rp 987,62 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 928,32 miliar.
Meski begitu, GDST justru mengalami rugi Rp 59,21 miliar, sementara pada tahun sebelumnya masih meraup untung Rp 3,15 miliar. Ini seiring dengan beban pokok penjualan yang naik 16,27% menjadi Rp 972,14 miliar dari sebelumnya Rp 836,09 miliar.
Mino, Analis Indo Premier Sekuritas menilai prospek bisnis emiten ini masih kurang bagus seiring dengan ketatnya persaingan di sektor baja yang membuat perseroan kesulitan menaikan harga jual untuk mengimbangi kenaikan harga bahan baku. "Biaya bahan baku porsinya bisa sampai kisaran 80-90 an persen dari penjualan," kata Mino, Selasa (4/12).
Mino bilang, saham GDST saat ini masih belum menarik mengingat trendnya masih bearish. Kinerja fundamentalnya juga kurang bagus karena masih membukukan rugi. "Likuiditas sahamnya rendah atau floating cuma 13%," ujarnya .
William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Bersinar Sekuritas mengatakan jika tantangan emiten baja masih cukup berat. Hal ini sejalan dengan mulai banyaknya barang-barang subsitusi yang bisa menggantikan penggunaan baja. "Meskipun konstruksi banyak, namun dalam praktiknya banyak juga di gunakan precast beton daripada baja," pungkasnya.
Dalam keterbukaan BEI (28/11) disampaikan jika kendala fluktuasi mata uang rupiah membuat harga bahan baku naik tidak sebanding dengan naiknya harga barang jadi di pasar domestik.
Berikutnya karena bertambahnya produsen produk sejenis atau steel plate di dalam negeri yang membuat supply di pasar domestik naik signifikan. Kebijakan pemerintah yang masih terbuka dengan dengan produk impor makin menambah persaingan produk di pasaran.
Beberapa langkah antisipasi untuk meningkatkan kinerja dengan selalu membina hubungan baik dengan kustomer loyal dan calon kustomer dengan fleksibilitas dan pelayanan secara tailor made.
Kedua, meningkatkan efisiensi di sektor biaya dengan melakukan pembelian bahan baku dengan jumlah yang paling efisien mengingat biaya bahan baku merupakan porsi terbesar dari harga pokok produk.
Ketiga, secara rutin melakukan konversi sesegara mungkin atas hasil penjualan dalam rupiah menjadi US dollar dan menjaga sebagian besar liquiditas perseroan dalam bentuk dollar untuk menekan risiko valuta asing.
Lalu yang terakhir adalah dengan mengoptimalkan sinergi pasca merger dengan PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) serta mencari peluang pasar ekspor, terutama ekspansi ke Eropa.
Untuk diketahui, GDST saat ini sedang dalam tahap pembangunan pabrik plate mill II yang diperkirakan akan selesai pada semester II-2020 nantinya mendapat tambahan kapasitas 1 juta ton pelat baja per tahunnya.
Pada awal tahun, GDST menargetkan penjualan akhir tahun 2018 sebesar Rp 1,22 triliun dengan target keuntungan pajak sebesar 3-4 persen dari penjualan bersih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News