Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Paling buncit merilis kinerja dibandingkan dengan emiten telekomunikasi yang lebih besar, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) tetap mencetak kenaikan pendapatan ciamik. Emiten Grup Sinarmas ini juga ketiban berkah work from home (WFH).
Berdasarkan laporan keuangan kuartal ketiga 2020 yang dipublikasikan Jumat (13/11), Smartfren meraup pendapatan Rp 6,85 triliun. Pendapatan ini melonjak 37,55% secara tahunan dari sebelumnya Rp 4,98 triliun.
Pendapatan data FREN melesat 32,30% menjadi Rp 6,24 triliun dan menyumbang porsi terbesar pada pendapatan Smartfren. Pendapatan non data FREN juga naik 38,60% ke Rp 292,97 miliar.
Pendapatan jasa interkoneksi naik 3,8 kali lipat menjadi Rp 130,95 miliar. Pendapatan lain-lain Smartfren melonjak 13,39 kali lipat menjadi Rp 185,17 miliar.
Baca Juga: Tiga saham telekomunikasi ini direkomendasikan beli
Meski pendapatan naik tinggi, kerugian Smartfren justru bertambah. Rugi bersih Smartfren mencapai Rp 1,75 triliun pada sembilan bulan pertama 2020. Kerugian ini meningkat 6,71% dari sebelumnya Rp 1,64 triliun.
Kerugian ini berasal dari beban operasional yang tinggi serta kenaikan beban bunga dan kerugian kurs.
Beban operasional Smartfren naik 17,21% menjadi Rp 7,90 triliun. Alhasil, emiten halo-halo ini mencatat rugi usaha Rp 1,05 triliun. Kerugian FREN bertambah karena peningkatan beban bunga dan keuangan melonjak 2,23 kali lipat menjadi Rp 622,20 miliar.
Smartfren juga mencatat rugi kurs Rp 255,20 miliar. Pada Januari-September 2019, emiten ini mencatat laba kurs Rp 198,15 miliar.
Baca Juga: Saham operator kompak turun setelah naik tinggi, simak prospeknya
Pada akhir September 2020, FREN memiliki total aset Rp 35,80 triliun, naik 29% dari akhir tahun 2019 atau year to date. Liabilitas FREN bahkan melonjak 66% menjadi 24,82 triliun dalam sembilan bulan hingga September.
Antony Susilo, Direktur Srmartfren Telecom mengatakan bahwa kenaikan liabilitas ini terutama berasal dari kenaikan liabilitas sewa sebesar Rp 6,38 triliun akibat penerapan PSAK 73. "Kedua, kenaikan utang pinjaman sebesar Rp 3,22 triliun terutama karena penarikan dana pinjaman sebesar Rp 3,44 triliun," ungkap Antony dalam penjelasan atas perubahan aset, Jumat (13/11).
Baca Juga: Ini alasan Smartfren Telecom (FREN) masih cetak rugi meski jumlah pelanggan naik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News