kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.758.000   -23.000   -1,29%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Pendapatan Emiten Konsumer Manis pada 2024, Cek Prospeknya di Tahun 2025


Senin, 07 April 2025 / 17:58 WIB
Pendapatan Emiten Konsumer Manis pada 2024, Cek Prospeknya di Tahun 2025
ILUSTRASI. Dari sisi pendapatan, mayoritas emiten sektor konsumer berhasil membukukan pertumbuhan pada tahun 2024.(KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Sejumlah emiten di sektor konsumer telah merilis laporan keuangan untuk tahun 2024. Dari sisi pendapatan, mayoritas emiten berhasil membukukan pertumbuhan. 

Namun, dari sisi laba bersih atau bottom line, hasil yang dicatatkan oleh beberapa emiten tersebut cenderung bervariasi.

Emiten grup Salim, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) membukukan kinerja yang mengesankan di sepanjang tahun 2024.  

INDF membukukan laba sebesar Rp 8,64 triliun pada tahun 2024. Perolehan laba itu meningkat 6,07% bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 8,14 triliun.

Baca Juga: THR Cair, Emiten Konsumer Berharap Rezeki Bisa Semakin Moncer

Sementara, penjualan bersih INDF tercatat Rp 115,78 triliun pada 2024, naik 3,65% jika dibandingkan periode tahun 2023 sebesar Rp 111,7 triliun.

Group Indofood lainnya, yakni ICBP membukukan laba bersih Rp 7,07 triliun di tahun lalu. Perolehan ini meningkat 1,27% bila dibandingkan periode yang sama tahun 2023 Rp 6,99 triliun.

Sementara, penjualan bersih ICBP tercatat menjadi Rp 72,59 triliun di tahun 2024, naik 6,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 67,9 triliun.

Dari sektor dairy atau produsen susu, PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) mencatatkan laba Rp 1,13 triliun di tahun 2024, atau turun 2,79% dibandingkan posisi tahun 2023 sebesar Rp 1,16 triliun. Tapi, dari segi pendapatan, ULTJ melaporkan kenaikan 6,88% menjadi Rp 8,87 triliun. 

Sementara, PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) mencatatkan laba sebesar Rp 1,51 triliun di tahun lalu, melesat 22,35% bila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1,24 triliun. Kondisi laba bersih sejalan dengan kenaikan penjualan sebesar 16,11% menjadi Rp 9,02 triliun.

Baca Juga: Pencairan THR Bakal Jadi Katalis Emiten Konsumer, Begini Rekomendasi Sahamnya

Kemudian, emiten konsumer lainnya, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) melaporkan kinerja penjualan Rp 36,07 triliun di tahun 2024, naik 14,57% YoY dari posisi tahun 2023 sebesar Rp 31,49 triliun. Namun, laba bersih perusahaan mencapai Rp 3 triliun di sepanjang tahun 2024, turun 6,05% year on year (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 3,19 triliun.

Manajemen MYOR optimistis bahwa prospek kinerja perusahaan tahun 2025 akan lebih baik dari tahun 2024. Hal ini didukung oleh strategi ekspansi pasar yang berkelanjutan, efisiensi operasional, serta inovasi produk yang terus dilakukan untuk menjawab kebutuhan konsumen yang dinamis, baik di pasar domestik maupun internasional.

"Sentimen pendukung kinerja kami antara lain peningkatan permintaan baik di pasar domestik maupun pasar ekspor, tren konsumsi makanan dan minuman yang masih kuat," kata manajemen Mayora kepada Kontan, Senin (7/4).

Namun demikian, MYOR tetap mewaspadai beberapa faktor pemberat seperti volatilitas harga bahan baku global dan ketidakpastian ekonomi. Perusahaan juga terus melakukan mitigasi risiko untuk menjaga stabilitas kinerja.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Konsumer Milik Anthoni Salim untuk Tahun Ini

Untuk tahun 2025, MYOR akan mendorong pertumbuhan kinerja yang berasal dari segmen packaged food maupun packaged beverages.

Prospek dan Rekomendasi Saham Konsumer

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila menilai penyebab emiten konsumer kompak mengalami kenaikan pendapatan namun laba bervariasi ialah perbedaan beban pokok yang ditanggung masing-masing emiten, terutama karena fluktuasi harga komoditas. Kondisi ini turut mempengaruhi pertumbuhan laba bersih dan margin perusahaan.

"Kinerja emiten untuk tahun ini dibayangi oleh fluktuasi harga komoditas karena ketidakpastian ekonomi dan potensi perang dagang," jelas Indy kepada Kontan, Senin (7/4).

Hal ini tak hanya menjadi tantangan untuk pasar ekspor, tetapi juga bisa memicu pergeseran pola konsumsi domestik.

Untuk rekomendasi saham, Indy menyarankan buy saham INDF dan ICBP di target harga masing-masing di level  Rp 7.850 dan di Rp 11.500 per saham.

Selanjutnya: HKI Minta Pemerintah Gandeng Industri Hadapi Dampak Tarif AS

Menarik Dibaca: Mengulik Manfaat Daun Kersen untuk Diabetes yang Jarang Diketahui

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×