kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pemerintah Targetkan Penjualan SBN Ritel Rp 160 Triliun di 2024, Simak Tantangannya


Selasa, 02 April 2024 / 21:22 WIB
Pemerintah Targetkan Penjualan SBN Ritel Rp 160 Triliun di 2024, Simak Tantangannya
ILUSTRASI. Pemerintah menargetkan penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel mencapai Rp 160 triliun di tahun ini.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel mencapai Rp 160 triliun di tahun ini. Namun analis mencatat ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi dalam mencapai target tersebut.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, tantangan yang dihadapi pemerintah dalam mencapai target penerbitan SBN ritel, yakni ketidakpastian global. Menurutnya, hal itu menurunkan risk appetite bagi para investor ritel, terutama untuk seri-seri yang tradedable, seperti seri SR dan seri ORI.

"Adapun seri non-tradeable diperkirakan masih cukup menarik, terutama di kondisi saat ini, mengingat kupon yang ditawarkan lebih menarik daripada imbal hasil beberapa aset-aset di domestik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (2/4).

Baca Juga: Instrumen SBN Ritel Tetap Menarik di Tengah Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga

Tantangan itu terlihat dari capaian penerbitan dua seri pertama di tahun ini. Josua menilai penjualan ORI025 dan SR020 cenderung di bawah yang seharusnya, melihat penerbitan beberapa seri SBN ritel yang mampu mencapai di atas Rp 25 triliun pada tahun 2023 lalu.

Sebagai pengingat, pemerintah memperoleh Rp 23,92 triliun dari penawaran ORI025 dan SR020 sebesar Rp 21,35 triliun.

Josua menilai, terbatasnya permintaan SBN ritel tidak lepas dari meningkatnya ketidakpastian global sepanjang kuartal I 2024, akibat data Amerika Serikat (AS) yang menguat, serta ketidakpastian perekonomian China. 

"Seri-seri yang bersifat tradeable cenderung lebih mudah terpengaruh oleh sentimen global," paparnya.

Pergerakan Yield

Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menilai lebih positif. Capaian pada penawaran dua seri sebelumnya dikisaran Rp 45 triliun masih on track dengan target.

Namun memang, jika melilhat dari yield, pemerintah lebih berhati-hati karena yield pada awal tahun masih tinggi. Ini juga berkaitan dengan ekspektasi penurunan yield di akhir tahun seiring rencana pemangkasan suku bunga Fed.

Adapun ekspektasi pemangkasan suku bunga terjadi pada Juni, seiring dengan rapat FOMC pada 12 Juni mendatang. Berdasarkan CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga Fed menjadi 5%-5,25% sebesar 56,6% atau terjadi penurunan dari sepekan sebelumnya sebesar 63,8%.

Jika terjadi pemangkasan suku bunga pada Juni, maka yield SBN ritel diperkirakan tetap masih akan tinggi di level 6,5% untuk tenor 3 tahun dan tenor 6 tahun direntang 6,7%-6,8%. Yield tersebut lebih tinggi dari penawaran dua seri sebelumnya di rentang 6,25%-6,4%.

Menurutnya, tertekannya yield di pasar SBN di tengah pemangkasan suku bunga juga disebabkan rupiah yang terdepresiasi. Selain itu, masih ada pembalikan arah terlebih dahulu ke negara maju, sehingga efeknya tidak serta merta mempengaruhi yield jangka pendek.

Namun ia mengakui masih wait and see untuk melihat yang dilakukan Fed dan ini menjadi kunci utama melihat yield ke depan. 

Baca Juga: Pemerintah Akan Terbitkan ST012 pada April 2024, Imbal Hasilnya Diprediksi Sekitar 6%

"Karena kalau Fed memangkas suku bunga lebih cepat maka suku bunga acuan akan turun dan indeks dolar bisa lebih rendah. Artinya, rupiah bisa terapresiasi lagi dan jika terjadi maka yield bisa lebih rendah dari itu," paparnya.

Sementara jika suku bunga Fed dipertahankan pada level saat ini, yakni 5,25%-5,5% atau bahkan Fed terus menerapkan higher for longer menjadi Juli-September maka yield SBN ritel bisa ke 7%.

Dengan yield yang masih tinggi, Josua pun memproyeksikan kupon untuk penawaran SBN ritel di tahun ini masih akan berkisar 6%. Menurutnya, Bank Indonesia (BI) tidak serta merta langsung menurunkan suku bunganya.

"Saya memperkirakan BI akan mulai menurunkan suku bunga pada kuartal IV 2024, sehingga seri SBN ritel yang diterbitkan sebelum kuartal IV 2024 kupon diperkirakan masih cenderung tinggi," terangnya.

Alhasil, keduanya menilai penawaran SBN ritel masih akan tetap menarik dibandingkan kompetitornya. Selain kupon, instrumen investasi ini juga didukung oleh pajak yang lebih rendah dibandingkan deposito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media
Tag

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×