Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana menerbitkan tujuh seri obligasi ritel sepanjang tahun ini. Jumlah ini masih sama dengan realisasi penerbitan sepanjang tahun 2021 lalu.
Terdekat, pemerintah akan meluncurkan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri ORI021 pada akhir bulan Januari ini.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pembiayaan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengungkapkan, ORI021 rencananya akan mulai ditawarkan pada 24 Januari - 17 Februari mendatang.
“Tapi perlu diingat, jadwal ini masih bersifat tentatif, sehingga masih dimungkinkan ada penyesuaian untuk eksekusinya,” kata Deni kepada Kontan.co.id, Kamis (6/1).
Dari draft yang dibagikan Deni, dua seri SBN ritel lainnya yang akan dipasarkan pada tahun ini adalah Saving Bond Ritel seri SBR011 serta ORI022. Rencananya, masa penawaran masing-masing seri tersebut adalah 23 Mei - 16 Juni 2022 dan 26 September - 20 Oktober 2022.
Baca Juga: Sejumlah Perbankan Bakal Terbitkan Surat Utang di Tahun Depan
Dihubungi secara terpisah, Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kemenkeu Dwi Irianti Hadiningdyah juga membeberkan jadwal rencana penerbitan SBSN ritel pada tahun ini.
Rencananya akan ada empat SBSN ritel yang diterbitkan pada tahun ini. Sama halnya dengan jadwal SBN ritel, jadwal SBSN ritel ini juga masih bersifat tentatif.
“Rencananya, masa penawaran SR016 akan dibuka pada Maret, lalu ada Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) pada periode Ramadhan. Kemudian SR017 pada September dan ditutup oleh ST009 pada November,” ungkap Dwi.
Adapun, sebelumnya Direktur Jenderal DJPPR Kemenkeu Luky Alfirman mengatakan, pemerintah akan menerbitkan SBN ritel dengan target Rp 100 triliun pada 2022. Target tersebut naik dari realisasi penerbitan SBN ritel di 2021 yang mencapai Rp97,21 triliun.
Namun ia menjelaskan bahwa target tersebut akan lebih fleksibel dan dijaga sesuai dengan melihat kondisi market, minat dan respon dari investor, serta kebutuhan kas pemerintah.
Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana meyakini, prospek SBN ritel pada tahun ini masih akan tetap menarik. Oleh karena itu, target pemerintah yang sebesar Rp 100 triliun tidak akan sulit tercapai. Dari sisi penyerapan, juga diyakini tidak akan jadi masalah karena likuiditas yang masih berlimpah.
Menurutnya, dengan pemulihan ekonomi yang diharapkan lebih baik, maka daya beli masyarakat diekspektasikan akan membaik. Apalagi, dengan masyarakat yang semakin mengenal dunia investasi, lalu disposable income juga lebih tinggi, seharusnya masyarakat justru punya uang lebih banyak untuk diinvestasikan.
“Jadi, pada tahun ini likuiditas masyarakat kemungkinan masih akan longgar. Belum lagi, suku bunga deposito masih akan cenderung rendah karena kenaikan suku bunga acuan baru akan terjadi di semester II-2022,” imbuh Fikri.
Baca Juga: Turunnya pajak obligasi jadi penyebab susutnya dana kelolaan reksadana terproteksi
Sepanjang tahun lalu, pemerintah tercatat melakukan tujuh kali penerbitan SBN ritel. ORI019 jadi SBN ritel pertama yang diluncurkan pada 22 Februari 2021 silam. Menawarkan kupon 5,57%, ORI019 berhasil terjual sebanyak Rp 26 triliun.
Berikutnya, pemerintah meluncurkan SR014 pada 22 Maret 2021 dengan kupon sebesar 5,47%. Melalui seri ini, pemerintah berhasil mengantongi Rp 16,71 triliun. Pada 9 Juni 2021, CWLS seri SWR002 yang diluncurkan dengan nilai penjualan sebesar Rp 24,14 miliar.
Selanjutnya, Savings Bond Ritel seri SBR10 mulai ditawarkan pada 19 Juli 2021. Memberikan imbal hasil 5,10%, seri ini membukukan pemesanan sebesar Rp 7,5 triliun.
Lalu ada SR015 yang diluncurkan pada 22 September 2021 dengan jumlah pemesanan Rp 27 triliun. Sukuk dengan imbal hasil seri 5,10% ini mencatatkan jumlah investor sebanyak 49.027 alias terbanyak sepanjang penerbitan SBN ritel.
Berikutnya, ORI020 ditawarkan pada 25 Oktober 2021 dengan kupon sebesar 4,95% berhasil meraih jumlah pembelian Rp 15 triliun. Sebagai penutup tahun lalu, pemerintah merilis green sukuk ritel yakni, sukuk tabungan seri ST008 yang diterbitkan pada November 2021. Seri ini menawarkan kupon 4,8% dan berhasil catatkan penjualan sebesar Rp 5 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News