kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah naikkan tarif cukai 15,3%, emiten bir harus kerja keras


Selasa, 18 Desember 2018 / 21:15 WIB
Pemerintah naikkan tarif cukai 15,3%, emiten bir harus kerja keras
ILUSTRASI. Anker Beer produksi PT Delta Djakarta Tbk


Reporter: Auriga Agustina | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif cukai minuman yang mengandung etil alkohol 5% atau golongan jenis A sebesar 15,3% nampaknya membuat emiten khamar juga harus bekerja keras di tahun depan untuk dapat mempertahankan margin.

Direktur pemasaran Delta Djakarta (DLTA) Ronny Titiheruw tak menampik, DLTA akan mengerek harga jual bir di tahun depan. Akan tetapi kenaikan harga penjualan diprediksi di bawah 15,3%. 

Hal tersebut dilakukan lantaran kenaikan tarif cukai tersebut dapat menganggu margin perusahaan. "Kenaikan cukai kita teruskan ke konsumen dengan menyesuaikan harga,” kata Ronny kepada Kontan.co.id, Selasa (18/12). 

Menurutnya sejauh ini DLTA hanya memproduksi etil Alkohol golongan A.

Sementara, Direktur Hubungan Korporasi PT Multi Bintang Indonesia (MLBI) Bambang Britono mengatakan, kenaikan tarif cukai tersebut merupakan pukulan kedua bagi industri minuman beralkohol lokal, karena sejauh ini industri bir tidak tumbuh.

Artinya tidak menutup kemungkinan kinerja MLBI juga belum tumbuh di tahun depan, pasalnya saat ini kontribusi bir golongan A ke pendapatan sebesar 90%.

Menyadari kebijakan pemerintah yang terus menaikkan cukai alkohol sejak 2015, MLBI telah melakukan beberapa ekspansi diantaranya melakukan transformasi beyond beer, lini produk MLBI telah di diversifikasi menjadi bir, cider dan soft drink, namun sayang langkah tersebut belum dapat membuat kinerja emiten ini membaik.

Asal tahu saja pada kuartal III-2018, laba bersih MLBI masih terkoreksi 13% dari priode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 919 miliar.

Analis BNI Sekuritas William Siregar mengatakan, sejatinya langkah yang tepat dilakukan oleh emiten bir untuk mengatasi masalah ini adalah menaikkan harga produk, namun emiten tidak boleh agresif untuk menaikkan harga. “Kalau naiknya mengikuti persentase kenaikkan cukai terlalu besar konsumen bisa dirugikan, kemungkinan perusahaan akan menaikkan harga produk single digit tapi harus naik setiap tahunnya, itu aman untuk industri,” katanya.

Sementara dia menilai, untuk tahun depan kinerja MLBI dan DLTA masih bisa tumbuh didorong sentimen politik yang biasanya membuat sektor consumer terimbas, selain itu destiniasi wisata yang semakin gencar dibangun oleh pemerintah dapat mendorong penjualan emiten ini.

Hanya saja untuk dia menyarankan agar Investor wait and see terlebih dahulu saham ini, karena tidak likuid.

Sedangkan Sukarno Alatas, analis Oso Sekuritas menilai, jika perusahaan tidak dapat meningkatkan volume penjualan dengan adanya sentimen tersebut akan terjadi penurunan rasio net profit margin.

Selain itu dia mengatakan, emiten minuman beralkohol harus menyesuaikan harga jual untuk produk agar tetap dapat menghasilkan laba bersih, “Tapi ya naiknya tidak di bawah 15,3% terlalu besar jika segitu,” katanya

Dia memprediksi hingga akhir tahun ini kinerja MLBI masih belum dapat tumbuh, karena kinerja keuangan kuartal III yang tidak mendukung, sementara untuk DLTA pada tahun ini masih bisa mencatatkan perbaikan kinerja, karena pada kuartal III DLTA sudah membukukan laba 28%.

Sukarno menyarankan hindari saham MLBI mengingat price earning ratio(PER) tergolong mahal yakni 31 kali, sementara PE industri di bawah 30 kali. Begitu juga untuk DLTA sebaiknya wait and see sebab meski PER murah tapi saham ini tidak likuid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×