Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Lelang sukuk perdana pada kuartal II 2014 terbilang meriah. Pemerintah kebanjiran penawaran dari 4 seri sukuk yang ditawarkan.
Mengutip data dari situs resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), lelang sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada Selasa ini (8/4) mendapat total penawaran sebesar Rp 3,57 triliun atau kelebihan permintaan (oversubscribes) sebanyak 2 kali lipat lebih dari target indikatif sebesar Rp 1,5 triliun.
Dari Rp 3,57 triliun tadi, total yang dimenangkan pemerintah sebesar Rp 1,56 triliun. Pembagiannya, seri SPN-S09102014 (6 bulan) menjadi seri yang paling banyak menyerap dana yakni sebesar Rp 500 miliar.
Kemudian diikuti PBS006 (tenor 6 tahun) sebesar Rp 460 miliar, PBS005 (tenor 29 tahun) senilai Rp 380 miliar dan PBS003 (tenor 13 tahun) sebesar Rp 220 miliar.
PBS005 menjadi seri yang mendapat penawaran yield tertinggi sebesar 9,75%. Sedangkan yield terendah pada seri ini senilai 8,4375%. Sedangkan pada jumlah penawaran tertinggi diraih SPN-S09102014 yang mendapat Rp2.206 miliar.
Analis obligasi PT Millenium Danatama Indonesia (MDI), Desmon Silitonga mengutarakan pencapaian lelang SBSN tersebut terbilang sukses. Ini dilihat tak hanya dari faktor oversubscribes, namun juga seri yang dimenangkan.
“Seri PBS005 dan PBS006 jarang sekali dimenangkan pemerintah karena memang jarang ada peserta lelang yang tertarik dengan dua seri tersebut,” ungkap Desmon.
Terlebih, SBSN bukan merupakan efek surat utang yang jadi prioritas pemerntah. Menurut Desmon,0 penerbitannya yabng melebihi target indikatif merupakan tanda bahwa peserta lelang saat ini juga sudah mulai tertarik pada SBSN.
Ia bilang, faktor ini mengindikasikan bahwa pasar obligasi pemerintah di tanah air makin kondusif. Terlebih saat diumumkannya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) kemarin di level 7,5%.
Desmon memprediksi, lelang SBSN maupun SBN bakal berprospek sama setidaknya hingga akhir April ini. “Setelah April, pasar menunggu data-data ekonomi dari BPS (Badan Pusat Statistik),” ujar Desmon.
Ia juga memprediksi, pemerintah belum akan menurunkan tingkat agresivitasnya secara signifikan pada lelang kuartal II ini.
Bedanya, pada lelang kuartal I kemarin menurut Desmon ada beberapa lelang yang terlihat bahwa pemerintah memaksaka memenangkan lelang walaupun tingkat yield yang diminta cukup tinggi.
“Hal tersebut tidak akan terulang pada kuartal II tahun ini.Pemerintah tidak akan memenangkan lelang kalau yield yang diminta cukup tinggi. Ini karena pasar obligasi domestik memang sedang membaik,” ujar Desmon.
Sebagai gambaran, pemerintah menargetkan bakal menerbitkan SBN maupun SBSN pada kuartal II ini sebesar Rp 66 triliun. Angka ini turun 20,32% dari realisasi penerbitan pada kuartal I yang sebesar Rp 82,84 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News