Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Presiden Indonesia Joko Widodo untuk mencabut larangan ekspor Crude Palm Oil (CPO) resmi berlaku pada hari ini, Senin (23/5). Meski begitu, harga CPO di bursa Derivatif Malaysia pada hari ini masih naik sebesar 2,60% ke MYR 6.268 per ton.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menilai, kebijakan pencabutan larangan ekspor tersebut dinilai tidak akan berdampak signifikan dalam menurunkan harga CPO. Memang, para perusahaan sawit bisa kembali mengekspor CPO-nya, namun hal tersebut tidak serta merta akan membuat harga CPO bisa turun ke depannya.
“Alih-alih membuat harga CPO berada dalam tren bearish, saat ini harga CPO justru tengah berkonsolidasi,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Senin (23/5).
Baca Juga: Malaysia Batasi Ekspor Ayam Mulai 1 Juni 2022, Ini Alasannya
Lebih lanjut, Ibrahim bilang saat ini kondisi supply-demand CPO cenderung terpantau stabil. Negara-negara importir CPO sudah memiliki cadangan minyak CPO yang mencukupi dan belum akan melakukan impor lagi dalam waktu dekat. Hal ini lah yang pada akhirnya menjaga harga CPO stabil di level saat ini.
Ke depan, dia melihat harga CPO akan lebih ditentukan oleh kelanjutan konflik antara Rusia - Ukraina. Jika sampai terjadi kesepakatan damai, maka produksi minyak biji matahari di Ukraina akan kembali meningkat. Minyak CPO yang saat ini dipilih sebagai subtitusinya perlahan akan mulai ditinggalkan.
“Jika sudah demikian, harga CPO bisa akan jatuh. Hanya saja, kita tidak ada yang tahu seperti apa kelanjutan dari konflik ini, jadi selama damai belum terjadi, harga CPO masih akan bergerak di kisaran saat ini,” imbuh Ibrahim.
Ibrahim memperkirakan, harga CPO saat ini akan berada di kisaran MYR 5.900 - MYR 6.400 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News