kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah berecana pangkas pungutan ekspor CPO, berikut efeknya menurut analis


Sabtu, 05 Juni 2021 / 07:45 WIB
Pemerintah berecana pangkas pungutan ekspor CPO, berikut efeknya menurut analis


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia berencana untuk menurunkan pungutan ekspor minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) demi meningkatkan ekspor komoditas ini. 

Mengutip Bloomberg, sumber-sumber yang mengetahui persoalan ini menyebut, pungutan maksimum ekspor CPO saat ini sebesar US$ 255 per ton dianggap terlalu tinggi dan mungkin akan dipotong menjadi US$ 175 per ton, yang akan dikenakan ketika harga referensi melebihi US$ 1.000 per ton.

Selanjutnya, pungutan minimum senilai US$ 55 per ton untuk CPO akan dikenakan jika harga referensi ditetapkan sebesar US$ 750 per ton atau kurang. Kemudian, untuk setiap kenaikan US$ 50 harga minyak sawit, pungutan untuk produk mentah akan dinaikkan US$ 20 per ton, sedangkan untuk produk olahan atau olahan akan naik US$ 16 ton.

Saat ini, pemerintah Indonesia menetapkan pungutan ekspor CPO sebesar US$ 55 per ton ketika harga referensi mencapai US$ 670 atau kurang. Lalu, pungutan ekspor CPO maksimum ditetapkan sebesar US$ 255 per ton ketika harga referensi melebihi US$ 995 per ton.

Baca Juga: Pemerintah berencana menurunkan pungutan ekspor CPO, begini respons emiten CPO

Analis Henan Putihrai Sekuritas Meilki Darmawan menilai, jika pemotongan pungutan ekspor resmi disahkan sesuai level yang direncanakan pemerintah, maka hal tersebut dapat mendorong ekspor CPO ke beberapa negara di Asia. Di samping itu, turunnya pungutan ekspor juga akan meringankan beban perusahaan sawit.

Pasalnya, beban biaya yang ditanggung perusahaan sawit semakin berat karena saat ini harga pengiriman kargo ke beberapa negara, seperti China dan India sudah meningkat cukup tinggi. 

"Pemotongan pungutan ekspor ini juga akan membuat Indonesia semakin menguasai pasar ekspor, terlebih adanya lockdown di Malaysia yang juga merupakan produsen CPO terbesar," kata Meilki saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (4/6).

Meskipun begitu, dampak sentimen pemotongan pungutan ekspor terhadap harga CPO dinilai minim. Pasalnya, katalis terbaik yang bisa menaikkan harga saham-saham perusahaan sawit adalah perbaikan kondisi bottom line tiap emiten.

Menurut dia, kinerja bottom line emiten pada kuartal I-2021 mengalami penurunan dibanding kuartal IV-2020 sehingga pelaku pasar kurang tertarik ke saham-saham perusahaan sawit. 

"Saya melihat harga CPO masih bisa naik, tetapi kenaikannya tidak akan agresif lagi. Estimasi dalam beberapa pekan ke depan masih memungkinkan harga CPO naik ke level RM 4.200-RM 4.300 per ton," ucap Meilki.

Terkait dengan saham, saat ini, kondisi saham-saham perusahaan sawit terlihat bergerak berbeda dari harga CPO yang bullish. Jika masih terjadi penurunan harga dari saham-saham perusahaan sawit, Meilki menyarankan investor memanfaatkan peluang untuk buy PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dengan target harga Rp 12.000 per saham karena AALI memiliki struktur neraca yang kuat.

Selanjutnya: Petani desak pemerintah tidak turunkan pungutan ekspor kelapa sawit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×