Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Republik Indoneska Joko Widodo (Jokowi) berencana menghentikan ekspor minyak sawit mentah alias crude palm oil (CPO) sebagai bagian dari rencana hilirisasi industri sawit. Sebagai gantinya, CPO harus diolah terlebih dahulu menjadi produk bernilai tambah, seperti kosmetik, mentega, dan biodiesel.
Merespons rencana pemerintah tersebut, Sekretaris Perusahaan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) Swasti Kartikaningtyas menilai, hal tersebut bisa dilaksanakan sepanjang implementasinya dilakukan secara bertahap. Pasalnya, kalau dilakukan secara langsung, maka akan menyulitkan bagi perusahaan-perusahaan yang dari awal hanya menjual dalam bentuk CPO.
Menurut Swasti, pemberlakuan bertahap ini bisa dilaksanakan dengan pemberian insentif pajak kepada perusahaan-perusahaan yang menjual mayoritas CPO ke dalam negeri. Pemerintah juga bisa memberi insentif retribusi (levy) pada perusahaan-perusahaan yang mengekspor produk turunan CPO.
Baca Juga: Pemerintah dorong hilirisasi sawit, ini tanggapan bos Astra Agro Lestari (AALI)
"Dengan demikian, perusahaan-perusahaan industri kelapa sawit nantinya pasti akan bergerak untuk mengintegrasikan usaha hulu dan hilirnya," ucap Swasti kepada Kontan.co.id, Jumat (5/11). Perusahaan yang belum memiliki bisnis hilir juga akan tergerak untuk mengembangkan usaha hilirnya.
SSMS saat ini menjual mayoritas produk CPO-nya kepada PT Citra Borneo Utama (CBU), perusahaan refinery minyak kelapa sawit yang masih berada dalam lingkup grup perusahaan yang sama. Setelah itu, PT CBU melakukan ekspor atas produk-produk hilir tersebut.
"Akan tetapi, ke depannya SSMS berencana untuk mengintegrasikan PT CBU ini menjadi anak usaha terkonsolidasi dengan SSMS," kata Swasti. Caranya adalah dengan meningkatkan porsi kepemilikan saham SSMS di PT CBU yang saat ini masih sebesar 32%.
Baca Juga: Panen Cuan di Kebun Sawit, Begini Rekomendasi Saham SSMS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News