Reporter: Dimas Andi | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembagian dividen oleh sejumlah emiten badan usaha milik negara (BUMN) atau swasta dalam beberapa waktu ke depan diperkirakan dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih menilai, volatilitas rupiah yang meningkat ketika ada jadwal pembagian dividen oleh emiten sekitar bulan Maret hingga Mei sudah menjadi siklus tahunan yang biasa terjadi.
Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa hampir 50% investor di pasar saham Indonesia merupakan investor asing. Jika investor tersebut memilih untuk membawa dana dividen yang dimilikinya ke negeri asalnya, tidak tertutup kemungkinan rupiah akan terkoreksi. “Mereka punya hak untuk membawa dananya ke luar negeri,” kata Lana, hari ini.
Ia pun menganggap tidak hanya siklus pembagian dividen saja yang berpengaruh terhadap pergerakan rupiah, melainkan juga siklus pembagian kupon obligasi pemerintah yang biasa terjadi di pertengahan tahun.
Menurutnya, Bank Indonesia perlu melakukan upaya agar rupiah dapat menguat terlebih dahulu sebelum siklus pembagian dividen benar-benar berlangsung. Hal ini supaya rupiah tidak terkoreksi terlalu dalam. “Yang penting BI bisa mengatur jadwal intervensi rupiah di pasar,” ujarnya.
Di samping itu, pemerintah juga bisa menerbitkan global bond sebagai upaya antisipasi efek pembagian dividen terhadap pergerakan rupiah. Dana penerbitan obligasi tersebut bisa digunakan untuk menutupi keluarnya dana dividen para investor asing.
Di luar siklus pembagian dividen, sentimen eksternal masih akan mendominasi pergerakan rupiah hingga akhir semester satu maupun hingga akhir tahun nanti. Misalnya, ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate, efek perang dagang antara AS dan China, hingga konflik di Semenanjung Korea. “Pasar juga bisa rentan gejolak terhadap pernyataan Donald Trump yang sulit diprediksi,” tambah Lana.
Rupiah pun dipandang Lana berpeluang stabil terhadap tekanan eksternal asalkan pemerintah bisa terus memperbaiki posisi neraca perdagangan Indonesia yang hingga Februari masih defisit. Selain itu, terjaganya level inflasi juga bisa mempengaruhi pergerakan rupiah.
Lana memproyeksikan, pada akhir semester pertama 2018 rupiah akan berada di kisaran Rp 13.700—Rp 13.780 per dollar AS sedangkan di akhir tahun 2018 ada di rentang Rp 13.650—Rp 13.750 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News