Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Gerak liar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat akhir perdagangan dalam dua hari di awal pekan berpeluang kembali terjadi besok. Survei KONTAN pada 10 analis menunjukkan prediksi yang terbelah imbang.
Lima analis memperkirakan, IHSG akan menguat dan lima analis memperkirakan indeks akan turun. Median support IHSG besok berada di level 5.614 dengan median resistance 5.679. (lihat Harian KONTAN, 17 Mei 2017)
Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, analis Binaartha Parama Sekuritas memperkirakan, IHSG hari ini berpotensi turun lagi. Dari sisi teknikal, candle membentuk pola black closing marubozu. "Ditambah lagi oleh faktor minimnya sentimen dalam negeri dan faktor geopolitik yang turun mempengaruhi keputusan investor untuk wait and see," kata Nafan.
Achmad Yaki, analis BCA Sekuritas memperkirakan kenaikan IHSG. Dia mengatakan, IHSG hari ini tertekan beberapa saham perbankan yang memiliki bobot besar seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang koreksi.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang hari sebelumnya naik tinggi pun menjadi pemberat kedua IHSG. "Jika masih turun, malah bisa jadi potensi untuk buy on weakness saham perbankan, terutama BBCA," kata Yaki.
Kedua analis mengungkapkan, perubahan portofolio indeks MSCI berpeluang menambah tenaga bagi IHSG, terutama bagi 10 saham penghuni baru MSCI Global Small Cap - Indonesia Index. Kesepuluh saham ini adalah PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Indofarma Tbk (INAF), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), PT MNC Investama Tbk (BHIT), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP). Tapi, sentimen positif atas saham-saham ini kemungkinan berlangsung dalam jangka pendek.
Selasa (16/5), IHSG melorot 0,74% ke level 5.647. Nilai transaksi pasar saham mencapai Rp 6,7 triliun dengan volume transaksi 7,81 miliar saham. Nilai dan volume transaksi ini masih berada di bawah nilai dan volume harian rata-rata Bursa Efek Indonesia sepanjang 2017. Frekuensi transaksi justru mencapai 368.282 kali, lebih tinggi ketimbang frekuensi transaksi harian rata-rata.
Sektor industri dasar mempimpin penguatan di angka 1,34%, disusul sektor pertambangan yang naik 1,22% dan sektor perkebunan 0,16%. Sektor finansial mencetak penurunan terbesar dengan minus 1,90%, disusul sektor aneka industri dan properti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News