Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Pelemahan kurs yuan makin mencemaskan. Mata uang China ini menuju penurunan mingguan yang kedelapan, periode terlama sejak dimulainya rezim modern perdagangan nilai tukar asing pada tahun 1994.
Jumat (3/8), yuan turun 0,44% ke level 6,8681 per dolar AS. Kurs yuan telah terdepresiasi 6,7% selama delapan pekan dan mendekati rekor terendah terhadap mata uang utama dunia.
"Investor fokus pada dua hal yakni yuan dan suku bunga China. perdagangan. Dan mereka akan terus mendorong yuan lebih lemah sampai Bank Sentral China turun tangan untuk melakukan intervensi besar," kata Zhou Hao, ekonom senior emerging market Commerzbank AG di Singapura seperti dilansir Bloomberg.
Nah, menurut Hao, kalau yuan berlanjut melemah dan menembus level 7 per dollar AS, kurs yang juga dikenal dengan nama renminbi ini kemungkinan akan jatuh lebih cepat. "Ini akan mengirim gelombang kejutan di seluruh pasar keuangan dan menyakiti pasar saham juga," ujar Hao.
Xia Le, Kepala Ekonom Asia di Banco Bilbao Vizcaya Argentaria SA memperkirakan, Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC) tidak mungkin membiarkan yuan menembus 7 per dolar AS dengan mudah. Sebab kalau menembus 7 per dollar AS, ini membuat depresiasi yuan menjadi jauh lebih cepat.
Bukan itu saja, kejatuhan yuan akan membuat investor makin panik dan berujung pelarian modal besar-besaran dari China. Dus, ia yakin, PBOC akan berupaya menggunakan instrumennya maupun dukungan verbal untuk menstabilkan yuan.
Namun, menurut Le, jika perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) makin berkobar, bukan tidak mungkin pada akhirnya China akan tetap membiarkan yuan menembus 7 per dollar AS.
Senada, Analis Strategi Pasar Global di JPMorgan Asset Management, Ian Hui memperkirakan, China tak akan membiarkan yuan melorot lebih jauh karena itu akan berisiko menimbulkan pelarian modal dan mengganggu stabilitas keuangan. "PBOC akan mengambil pendekatan yang lebih seimbang dalam mengelola mata uangnya untuk menjaga stabilitas keuangan domestik," ujarnya kepada Bloomberg.
Menurut Hui, konflik perdagangan dengan AS dan makroekonomi China yang melemah membebani yuan. Dan China tampaknya bersedia membiarkan kurs yuan bergerak mengambang dan lebih didorong oleh kekuatan pasar. Sebab, kurs yang melemah dapat mengurangi tekanan pada ekonomi China. melalui ekspor yang lebih murah.
Sementara Chen Long, ekonom Gavekal Dragonomics menduga, PBOC sekarang sedang bereksperimen dengan memungkinkan kurs spot USD/CNY berfluktuasi dalam rentang yang lebih lebar. Dengan kata lain, PBOC sengaja mengurangi intervensi ke pasar mata uang sehingga pergerakan yuan lebih mengambang.
Kenyataannya, kata Long, volatilitas renminbi yang terjadi tiga bulan ini sangat mirip dengan yen Jepang dan mata uang Asia lainnya.
Pelemahan kurs yuan China membuat Presiden AS Donald Trump meradang. Awal bulan Juli ini, Trump melontarkan tudingan bahwa China memanipulasi yuan dengan sengaja membiarkan mata uangnya itu melemah terhadap dollar AS.
Trump memandang, China sengaja menjaga mata uang yuan tetap melemah untuk mendapatkan keuntungan bagi eksportir mereka. Ujungnya, ini akan menyulitkan AS memangkas defisit perdagangan dengan China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News