Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat tak selamanya mendatangkan masalah bagi kegiatan bisnis. Faktanya, emiten-emiten yang memiliki orientasi ekspor dapat meraup keuntungan ketika mata uang Garuda terdepresiasi, walaupun tantangan bisnis yang dihadapi tetap ada.
Sekadar pengingat, hingga Jumat (31/8), kurs rupiah di pasar spot bertengger di level Rp 14.710 per dollar AS. Artinya, sepanjang tahun ini, rupiah telah terkoreksi terhadap dollar AS sebesar 8,52% year to date (ytd).
Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia, Bertoni Rio mengatakan, pelemahan rupiah setidaknya bisa dimanfaatkan oleh emiten-emiten untuk meningkatkan pendapatan luar negerinya sekaligus memperoleh keuntungan dari selisih kurs. Nantinya, keuntungan selisih kurs tersebut bisa digunakan untuk keperluan ekspansi bisnis emiten.
Hanya saja, karena posisi dollar AS yang sedang dalam tren menguat, bisa saja emiten-emiten berorientasi ekspor terbebani oleh membengkaknya biaya transportasi barang ke negara-negara tujuan. Apalagi jika negara tujuan ekspornya menggunakan mata uang dollar AS.
Vice President Research Department Indosurya Bersinar, William Surya Wijaya sependapat, di atas kertas, pelemahan rupiah bisa mendatangkan berkah bagi emiten-emiten yang mengandalkan pendapatan dari penjualan ekspor.
“Namun, perlu dicermati juga jika emiten yang bersangkutan punya utang dollar AS yang besar,” imbuh William, Jumat lalu. Menurutnya, tingginya utang luar negeri dapat mereduksi keuntungan yang diperoleh dari penjualan ekspor.
Analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji, yakin kinerja emiten-emiten yang berorientasi ekspor akan positif di tengah tekanan yang menghantam rupiah. Ini dengan catatan, pelemahan tersebut tidak sampai mengganggu stabilitas makro ekonomi dalam negeri. Misalnya penurunan daya beli masyarakat atau kenaikan bahan produksi yang dijual di dalam negeri.
Namun, ia melihat potensi seperti itu belum terjadi. Sebab, tingkat inflasi di Indonesia masih terjaga di level yang rendah.
Nafan sendiri merekomendasi beli saham pada emiten-emiten yang memiliki pendapatan dari segmen ekspor seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) masing-masing dengan target jangka panjang Rp 428, Rp 790, dan Rp 3.500 per saham.
Dari sisi likuiditas saham, William menjagokan SRIL yang notabene merupakan penghuni indeks LQ45. Ia merekomendasikan beli saham SRIL dengan target Rp 472 per saham.
Sedangkan dari segi kinerja, William memfavoritkan MYOR sebagai emiten yang bisa memaksimalkan potensi ekspor di tengah koreksi rupiah. Emiten tersebut direkomendasikan beli dengan target Rp 3.600 per saham.
Senada, Bertoni juga menjadikan MYOR sebagai unggulan dan menyarankan investor untuk membeli saham tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News