kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pelemahan ringgit dan El Nino mengangkat harga CPO


Kamis, 25 Juni 2015 / 16:05 WIB
Pelemahan ringgit dan El Nino mengangkat harga CPO


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) berhasil bangkit. Berbagai faktor menjadi pendorong penguatan harga CPO. Mulai dari melemahnya mata uang Malaysia, ancaman El Nino, hingga proyeksi peningkatan kebutuhan minyak nabati tersebut.

Mengacu data Bloomberg, Kamis (25/6) pukul 11.30 WIB, harga CPO kontrak pengiriman September 2015 di bursa Malaysia Derivative Exchange tercatat naik 0,44% menjadi RM 2.280. Sepekan, harga terangkat 1,92%.

Ariana Nur Akbar, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menjelaskan, melemahnya ringgit Malaysia menjadi salah satu faktor pendorong penguatan harga CPO. Sebab, harga CPO yang semakin murah memicu lonjakan permintaan.

Lihat saja data Intertek Testing Services yang menyatakan bahwa ekspor CPO Malaysia untuk periode 1 Juni 2015 25 Juni 2015 melonjak 1,3% ketimbang bulan sebelumnya menjadi 1,4 juta ton. Hal ini tak terlepas dari peningkatan kebutuhan CPO menjelang musim liburan dan Lebaran. “Lagi musiman, semakin dekat Lebaran semakin naik harga CPO,” ujarnya.

Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menambahkan, kenaikan harga minyak kedelai sebagai barang substitusi juga menjadi salah satu pemicu terangkatnya harga CPO. Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai untuk pengiriman Desember 2015 menggemuk 0,5% menjadi 33,85 per lbs. “Ini membantu penguatan harga minyak sawit,” tuturnya.

Apalagi ada fenomena gangguan cuaca El Nino. Biro Meteorologi Australia menyebutkan bahwa ancaman El Nino menguat sebab polanya serupa dengan kejadian serupa pada tahun 1997 hingga 1998. Alhasil, indeks suhu permukaan laut di kawasan Pasifik bagian tengah dan timur telah naik 1 derajat celcius. Hal ini dapat mengancam persediaan minyak sawit. Dengan permintaan CPO yang meningkat serta menipisnya stok, harga CPO mulai terbang.

Deddy berpendapat, kebutuhan CPO dalam waktu mendatang akan terus bertambah. Sebab, Indonesia sedang melakukan aksi deforestasi guna memanfaatkan seluruh komponen pohon sawit.

“Dari daunnya bisa jadi makanan ternak. Tandan kosongnya bisa jadi kertas dan bahan bakar. Jadi bukan hanya untuk minyak sawit, tapi bisa untuk produk turunan,” jelasnya. Hal ini akan terus mendongkrak harga CPO.

Di sisi lain, Tanah Air juga sedang memproduksi biodiesel sebanyak 10.000 barel per hari. Pemerintah mengimbau agar 10% dari produksi biodiesel memanfaatkan CPO. Angka ini lebih tinggi ketimbang imbauan negara tetangga, Malaysia, yang hanya menetapkan besaran kontribusi CPO sebesar 7,5%.

Menurut Deddy, secara teknikal, harga CPO bisa menembus level RM 2.400. “Selama level tersebut belum mampu diatasi, harga CPO akan tetap bergerak dalam area RM 2.100-RM 2.400,” katanya.

Secara teknikal, Deddy bilang harga CPO bergerak di atas moving average (MA) 50, 100 dan 200. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area plus 12. Relative strength index (RSI) juga naik ke level 56. Sedangkan indikator stochastic masih di angka 43.

Deddy memprediksi, harga CPO pada Jumat (26/6) akan naik ke area RM 2.250-RM 2.320. Sepekan, harga bergerak dalam rentang RM 2.200 – RM 2.360. Sedangkan Ariana menilai, harga CPO pada Jumat (26/6) masih terangkat ke level RM 2.240-RM 2.320. Sepekan, harga bergerak dalam rentang RM 2.350-RM 2.420.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×