Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Kekacauan politik dalam pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin menyudutkan posisi greenback. Meski dari kawasan Uni Eropa kondisi mata uang euro belum cukup solid, tetapi euro masih mampu mengungguli dollar AS. Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (18/8) pasangan EUR/USD tercatat menguat 0,32% ke level 1.1761 dibanding hari sebelumnya.
Andri Hardianto, analis PT Asia Tradepoint Futures melihat keputusan Trump untuk membubarkan dua dewan penasihat bisnis yang terdiri dari pimpinan perusahan-perusahaan AS papan atas cukup membebani greenback. Hal tersebut membuat realisasi janji-janji kampanye politikus partai republik itu pun semakin dipertanyakan. “Sampai sekarang kan reformasi pajak juga belum terwujud,” ujarnya kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Probabilitas kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS juga semakin menambah panjang sentimen negatif terhadap greenback. Hasil pertemuan Federal Open Market Commitee (FOMC) Sikap The Fed yang meragukan pencapaian inflasi membuat peluang kenaikan suku bunga di bulan Desember semakin menipis. Pasar akhirnya memilih meninggalkan dollar AS sebagai aset berisiko ke aset yang lebih aman.
Sebaliknya, euro cukup diuntungkan karena posisinya sebagai aset lindung nilai. Di tengah tingkat ketidakpastian yang tinggi investor pun mengalihkan investasinya dari aset berisiko ke aset yang aman.
Tak heran meski neraca pembayaran Uni Eropa memburuk, tetapi euro masih tetap berhasil unggul di hadapan dollar. “Kalau kondisi AS masih seperti ini pekan depan euro masih akan melanjutkan penguatan terhadap dollar AS,” imbuhnya.
Untuk Senin (21/8), tidak akan ada rilis data ekonomi yang cukup berpengaruh. Dari Uni Eropa hanya akan dirilis laporan bulanan Bundesbank. Sedangkan dari AS tidak ada sajian data sama sekali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News