Reporter: Namira Daufina | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Rupiah kembali loyo di akhir pekan pertama pasca libur Lebaran. Di pasar spot, Jumat (7/7), mata uang garuda turun 0,05% menjadi Rp 13.399 per dollar AS. Dalam sepekan, valuasi rupiah menukik 0,38%. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah pun selama pekan ini tergelincir 0,25% ke Rp 13.397 per dollar AS.
Tekanan bagi rupiah datang dari eksternal maupun internal. Dari sisi domestik, rupiah terpojok oleh rencana pemerintah mengubah wajah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 dengan mengerek defisit menjadi 2,97%. "Wajarnya selama ini defisit anggaran pemerintah di kisaran 2,5% hingga 2,6%," kata Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk Rully Arya Wisnubroto kemarin.
Sementara sentimen eksternal muncul setelah pasar optimistis terhadap peluang kenaikan suku bunga The Fed satu kali lagi dalam tahun ini. Dan, gejolak geopolitik akibat kecaman Presiden AS Donald Trump terhadap Korea Utara semakin menambah derita rupiah.
Pekan depan, pergerakan rupiah masih menanti data sektor tenaga kerja dan upah negeri uwak Sam. Jika data tersebut di bawah perkiraan pasar, bukan tidak mungkin rupiah bisa bergerak unggul. Dominasi pergerakan masih datang dari eksternal, kata Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Agus Chandra.
Dari dalam negeri, gerak rupiah akan dipengaruhi data penjualan ritel domestik dan cadangan devisa. Sayang, cadangan devisa pada akhir Juni tercatat US$ 123,09 miliar. Angka ini lebih rendah dibanding posisi akhir Mei yang mencapai US$ 124,95 miliar. Ini bisa jadi sentimen negatif bagi pergerakan rupiah di awal pekan depan.
Agus pun memperkirakan, rupiah pekan depan bergerak di rentang Rp 13.340-Rp 13.440 per dollar AS. Sedang Rully menebak, di kisaran Rp 13.350-Rp 13.420.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News