kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pekan depan rapat FOMC dan BI, tingkat suku bunga acuan berpotensi ditahan


Minggu, 14 Maret 2021 / 20:28 WIB
Pekan depan rapat FOMC dan BI, tingkat suku bunga acuan berpotensi ditahan
ILUSTRASI. IHSG berpotensi bergerak terbatas menjelang pengumuman suku bunga.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan depan, Federal Open Market Committee (FOMC) dan Bank Indonesia (BI) sama-sama akan menggelar rapat.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Setya Ardiastama memproyeksikan The Fed dan BI masih akan menahan suku bunga acuan. "Namun ke depan kami melihat penurunan suku bunga acuan lebih terbatas, hal tersebut seiringan dengan progres stimulus yang telah menunjukkan adanya dampak terhadap pemulihan ekonomi," ujarnya kepada kontan.co.id, Jumat (12/3).

Dari sana, pihaknya melihat pelaku pasar akan fokus pada kebijakan moneter BI, terlebih saat ini BI juga akan mendorong bank lebih transparan guna mempercepat penurunan suku bunga kredit. Sentimen tersebut dinilai cukup kuat, khususnya bagi sektor-sektor yang terdampak langsung seperti jasa keuangan.

Okie memproyeksikan, IHSG berpotensi bergerak terbatas menjelang pengumuman tersebut dalam range 6.269-6.428. "Saat ini investor perlu mencermati kebijakan lanjutan dari BI guna menjaga stabilitas moneter dan rupiah," imbuhnya.

Baca Juga: FOMC dan BI rapat pekan pekan, IHSG diproyeksikan bisa kembali ke atas 6.500

Senada, Analis Binaartha Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta Utama menyebutkan memproyeksikan suku bunga The Fed masih akan sama pada level 0,25%. Dia menjelaskan, jika melihat dari inflasi di AS trennya masih sekitar 1%, walaupun mungkin terjadi kenaikan secara bertahap mengingat yield US Treasury tenor 10 tahun trennya meningkat.

Sehingga kemungkinan ada ekspektasi kinerja inflasi AS akan ada kenaikan secara bertahap sehingga menandakan aktivitas perekonomian AS mulai pulih. "Menilik data pengangguran di AS juga mengalami penurunan sekitar 6,7%, itu juga bisa menjadi faktor pendorong tambahan," ujar dia.

Kendati begitu, dia melihat untuk saat ini The Fed cenderung masih akan dovish untuk meningkatkan suku bunga acuan. Sebabnya, pasar cenderung fokus pada stimulus. Karenanya, ia menilai indeks pergerakan di AS lebih volatile.

Baca Juga: IHSG diproyeksikan menguat pada Senin (15/3), ini pendorongnya

Sementara di Indonesia, dia memproyeksikan suku bunga akan tetap di level 3,5%. Menurutnya, angka itu menjadi satu pilihan realistis walaupun jika melihat dari kinerja inflasi di Tanah Air masih di antara 1%-2% sehingga masih ada ruang untuk menurunkan suku bunga acuan.

Kendati begitu, dia menilai untuk sementara BI tidak perlu menurunkan tingkat suku bunga acuan. "Kalau tidak salah, pergerakan nilai tukar rupiah saja sekarang sudah di level Rp 14.000, masih di atas level Rp 13.900, jadi tugas BI untuk sementara lebih cenderung dalam rangka menstabilkan nilai tukar rupiah," sebutnya.

Menurutnya, dari sisi indeks akan kembali dari statement gubernur bank sentral. Market juga akan mengamati sentimen lainnya, seperti dinamika vaksinasi massal, melandainya kasus Covid-19, stimulus fiskal, stimulus moneter, dan stimulus keuangan.

Baca Juga: Simak sejumlah faktor pemicu kenaikan IHSG 1,07% ke level 6.358,20 dalam sepekan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×