kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pekan depan, IHSG diprediksi sideways, ini daftar sentimen yang mempengaruhi


Minggu, 04 Oktober 2020 / 14:31 WIB
Pekan depan, IHSG diprediksi sideways, ini daftar sentimen yang mempengaruhi
ILUSTRASI. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan depan diprediksi cenderung sideways, setelah pada pekan lalu IHSG melemah.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Khomarul Hidayat

Kelima, di Eropa, terlihat indikasi awal terjadi gelombang kedua Covid-19. Prancis melakukan persiapan untuk melakukan siaga maksimum covid-19 mulai Senin (5/10). Kemungkinan langkah ini akan memaksa penutupan restoran dan bar dan memberlakukan pembatasan lebih lanjut pada kehidupan publik untuk menghindari penyebaran Covid 19 lebih lanjut.

Italia memperpanjang kondisi darurat untuk mencegah penyebaran corona baru hingga Januari. Inggris akan memperpanjang pembatasan lokal di kawasan utara sebagai tanggapan atas lonjakan kasus Covid 19. Di Spanyol khususnya kota Madrid akan menjadi ibu kota Eropa pertama yang kembali melakukan lockdown untuk menahan lonjakan kasus Covid-19.

"Gelombang kedua Covid-19 yang diantisipasi dengan langkah pembatasan sosial berpotensi membawa perlambatan ekonomi yang berpeluang menekan pasar keuangan khususnya pasar saham," kata Hans.

Baca Juga: Usai melemah di pekan ini, bagaimana nasib IHSG di pekan depan?

Keenam, ketegangan Uni Eropa  (UE) dengan Inggris semakin meningkat ketika UE akan memulai tindakan hukum terhadap Inggris karena melanggar ketentuan perjanjian penarikan yang mengatur transisi pasca-Brexit. Para pemimpin UE akan menolak untuk menyetujui posisi negosiasi Inggris saat ini tentang bantuan negara itu ketika masa transisi berakhir pada akhir tahun.

Inggris dan UE tetap terpecah karena masalah bantuan negara, yang menjadi poin penting dalam negosiasi perdagangan. UE akan mengambil langkah proses hukum terhadap Inggris karena melanggar ketentuan perjanjian penarikan dari blok tersebut. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan tidak memiliki terobosan untuk diumumkan dalam pembicaraan UE dengan Inggris. Tetapi dia tetap optimis bahwa kesepakatan perdagangan baru masih mungkin dilakukan sebelum akhir tahun.

"Saat ini diperkirakan Investor akan lebih memperhatikan saham dan obligasi Asia dibandingkan pasar AS," jelas Hans.

Ketujuh, AS saat ini menghadapi risiko pemilu dan valuasi yang mahal. Pasar Asia terlihat lebih menarik karena pemulihan ekonomi dan pendapatan yang kuat dan valuasi yang jauh lebih murah. Data ekonomi China yang baik di tambah virus Covid-19 terkendali di sebagian negara kawasan Asia seperti di Korea Selatan, Taiwan dan Hongkong.

Sedikit berbeda dengan sebagain kawasan Asia, Indonesia dan Filipina masih belum dapat menjinakkan pandemi Covid-19. Chief Economist for East Asia and Pacific Bank Dunia Aaditya Mattoo menyatakan, Indonesia dan Filipina belum sukses menangani pandemi sehingga tidak akan menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi dalam waktu dekat.

Sebelumnya Bank Dunia merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi -1,6 % dari 0,0% di tahun 2020 dan tumbuh 4,4% dari 4,8 % di tahun 2021.

Data yang keluar menunjukan selama tiga bulan berturut-turut sejak Juli, Agustus hingga September 2020 Indonesia mengalami deflasi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi pada September 2020 di level 0,05%, sehingga terjadi deflasi selama triwulan III 2020. Pada Juli terjadi deflasi sebesar 0,10% dan Agustus 0,05%. Tingkat inflasi dari tahun kalender berada di angka 0,89% dan secara tahunan (year on year) tingkat inflasi berada di level 1,42%. Deflasi merupakan tanda lemahnya daya beli masyarakat akibat pandemi.

Selanjutnya: IHSG minggu depan diramal masih dipengaruhi sentimen yang sama dengan pekan lalu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×