kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pekan depan, harga obligasi berpotensi catat rekor


Sabtu, 04 Februari 2012 / 17:31 WIB
Pekan depan, harga obligasi berpotensi catat rekor
ILUSTRASI. Direktur Utama permata Bank Ridha DM Wirakusumah./pho KONTAn/Carolus Agus Waluyo/24/07/2018.


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pada akhir pekan, Jumat (3/2), harga obligasi pemerintah masih ditutup di harga tertingginya.

Indeks Inter Dealer Market Association (IDMA) tercatat berada di posisi 114,31 atau naik 188 basis poin (bps) jika dibandingkan penutupan Jumat sebelumnya (27/1) di level 112,43.

Kenaikan IDMA tersebut juga diikuti oleh kenaikan dari seri bencmark FR0060, yang pada periode yang sama selama sepekan naik 181 bps menjadi 107,87 dari 106,06.

Demikian juga dengan seri FR0059 bertenor 15 tahun yang juga naik lebih dari 500 bps selama sepekan menjadi 112,12 dari 107,61.

Analis obligasi Mega Capital, Ariawan, Sabtu (4/2), bilang, kenaikan kedua seri benchmark obligasi pemerintah tersebut merupakan level tertingginya sepanjang masa.

Selama sepakan kemarin, Ariawan menganalisa, spread SUN bertenor 2 tahun dengan tenor 10 tahun cenderung menyempit.

"Spread yang menyempit saat yield menurun, hal tersebut menandakan investor lebih banyak masuk ke obligasi pemerintah jangka panjang," urai Ariawan.

Managing Research Indosurya Asset Management Reza Priyambada, juga mencermati, kenaikan harga obligasi pemerintah selain dari sentimen positif dari domestik, juga didukung sentimen dari Eropa yang cenderung semakin mendingin selama sepekan.

"Lelang obligasi Eropa juga mencatatkan keberhasilan sehingga meningkatkan risk appetite investor, termasuk ke pasar obligasi emerging market seperti Indonesia, "jelas Reza.

Faktor lainnya, Credit Default Swap (CDS) bertenor 10 tahun, yang mengukur risiko berinvestasi di Indonesia, turun ke level terendahnya di posisi 198,37 per 3 Januari dari 219, 46 per 27 Januari lalu. Jika dihitung, penurunannya mencapai 9,6%.

Hal itulah, kata Ariawan, yang membuat investor asing masih berbondong-bondong masuk ke pasar obligasi domestik.

Investor domestik melepas obligasi

Di sisi lain, terjadi penjualan obligasi oleh investor domestik. "Menjelang lelang, perilaku investor domestik cenderung melakukan aksi jual untuk ambil posisi di pasar primer pada lelang 7 Februari nanti," kata Ariawan.

Namun karena investor asing malah banyak yang masih beli, maka harga obligasi cenderung malah terus naik.

Sepekan depan, Reza dan Ariawan memprediksi harga obligasi akan terus reli. "Yield berpotensi bisa turun sebesar 10-25 basis poin sepekan mendatang," kata Ariawan. Apalagi seiring dilakukannya lelang SUN pada Selasa (7/2) mendatang yang menyebabkan harga obligasi terus mencatatkan reli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×