Reporter: Anna Marie Happy | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Pergerakan harga minyak WTI hampir sama dengan harga CPO. Minyak WTI pengiriman Agustus Jumat (6/7) sampai pukul 18.00 WIB di US$ 85,79 per barel. Jika dibandingkan hari sebelumnya harga minyak turun 1,64%. Namun dalam sepekan minyak WTI masih menguat 1,84% dari US$ 84,96.
Selain sentimen dari Eropa, pergerakan harga minyak di pekan ini juga dipengaruhi dari pemberlakuan embargo minyak. Sejak 1 Juli, Eropa melarang negara anggotanya mengimpor minyak dari Iran. Berita itu berhasil menaikkan harga minyak.
Nizar memprediksi, harga minyak berpotensi koreksi pada pekan depan.
Indikator teknikal pun mendukung hal penurunan. Nizar bilang indikator stochastic berada di level 91 menunjukkan sinyal jenuh beli. Kondisi overbought juga ditunjukkan oleh bollinger band 14 hari yang mencapai batas atas. Indikator Relative Streght Index (RSI) berada di posisi divergen yang menunjukkan indikasi penurunan harga.
Permintaan minyak global pun diperkirakan masih akan melemah. Itu ditunjukkan dengan pemangkasan suku bunga tiga bank sentral. Sedangkan cadangan minyak di AS menurun dari 4,2 juta barel menjadi 2,3 juta barel.
Pekan depan, Nizar memprediksi harga minyak berada di support US$ 82,00 dan resistance US$ 89,30.
Rilis data dari Departemen Tenaga Kerja AS yang menyebutkan non farm payroll meningkat dari 80.000 selama Juni dari Mei 77.000. Namun ini masih jauh dari estimasi yaitu 100.000. Sedangkan tingkat pengangguran bertahan di 8,2%. Nizar bilang rilis tersebut akan membawa imbas pelemahan harga minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News