Reporter: Dina Farisah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Rencana pemangkasan produksi batubara oleh sejumlah produsen besar bisa memberikan sentimen positif bagi harga batubara. Sayang, pergerakan harga batubara bakal terhadang penguatan dollar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, Selasa (10/3), harga batubara kontrak pengiriman April 2015 di ICE Futures Europe di US$ 60,75 per metrik ton, turun 1,29% dibandingkan dengan hari sebelumnya. Sepekan terakhir, harga batubara tergerus 4,78%. Analis PT Pefindo Guntur Tri Hariyanto menjelaskan, harga minyak yang sempat rebound ke US$ 50 per barel tidak terlalu berdampak pada harga batubara.
Menurutnya, harga batubara masih bergerak mendatar di sekitar US$ 60 per metrik ton. Kendati demikian, Guntur melihat potensi kenaikan harga batubara. Hal ini didorong oleh rencana pemangkasan produksi oleh para produsen batubara besar dunia, yaitu Glencore, Rio Tinto, dan Vale. "Glencore mengumumkan akan memangkas produksi tahun 2015 sebanyak 15 juta ton, atau 20% lebih besar dari pemangkasan tahun lalu," kata Guntur.
Pengurangan produksi salah satunya dilakukan di tambang Afrika Selatan sebanyak 5 juta ton. Sebelumnya, Glencore juga sudah melakukan penghentian produksi di tambang Australia selama tiga minggu pada perayaan Natal.
Selain itu, Guntur menambahkan, produksi divisi batubara Rio Tinto tahun 2015 diperkirakan turun sekitar 3,3 juta ton atau 15% dari produksi tahun lalu. Saat ini, Rio Tinto ingin menggabungkan divisi batubara dengan divisi tembaga untuk menghemat biaya.
Produsen lainnya, yaitu Vale, juga pesimistis untuk melanjutkan produksi batubara di tambang Australia. Lalu, pasokan batubara dari Indonesia tahun ini juga diperkirakan berkurang. Sedangkan, dari sisi permintaan, impor batubara India diperkirakan menguat, bahkan bisa menyalip China di masa depan.
Pada Februari 2015, impor batubara India melonjak 31% year on year didorong oleh beroperasinya pembangkit listrik baru. Penguatan dollar AS Analis PT Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono melihat, harga batubara masih bergerak sideways.
Harga batubara terjaga lantaran perbaikan ekonomi di kawasan Eropa, China, dan Jepang setelah bank sentral masing-masing negara menggelontorkan stimulus. Sayang, penguatan dollar AS menghambat laju harga batubara.
Apalagi, mata uang ini berpotensi terus menguat seiring rencana Bank Sentral AS, The Fed menaikkan suku bunga. "Harga sulit turun tajam karena sudah terlalu murah. Sementara, untuk menanjak, komoditas terbebani dengan penguatan dollar AS," jelas Wahyu.
Secara teknikal, Wahyu bilang harga berada di atas moving average (MA) 50, namun berada di bawah MA 100, dan MA 200. MACD berada di area negatif. Stochastic jenuh jual (oversold) di level 16%. Sementara, RSI berada di area oversold level 18,5%. Stochastic maupun RSI memberikan sinyal rebound (naik).
Wahyu memprediksi harga batubara sepekan mendatang berada di US$ 56,40-US$ 64 per metrik ton. Sedangkan, Guntur memprediksi, harga batubara terentang di US$ 60-US$ 62 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News