Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Performa keuangan PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) diprediksi bakal negatif di tahun pemilihan umum (pemilu). Hal itu terlihat dari proyeksi kinerja keuangan 2014 yang dirilis manajemen Total Bangun belum lama ini.
Elvina Apandi Hermansyah, Sekretaris Perusahaan TOTL mengatakan, hanya membidik pendapatan Rp 2 triliun di 2014, turun 12,28% dari Rp 2,28 triliun di 2013. Proyeksi laba bersih TOTL juga menurun 22,79% menjadi Rp 150 miliar dari 2013 yang mencapai Rp 194,29 miliar.
Reza Nugraha, analis MNC Securities, mengatakan, kinerja keuangan emiten konstruksi seperti TOTL memang akan melambat di tahun ini.
Penyebabnya, kenaikan beberapa beban seperti tenaga kerja. Pada November 2013 lalu, Gubernur DKI Jakarta (Non-aktif), Joko Widodo, menetapkan upah minimum provinsi (UMP) 2014 menjadi Rp 2,44 juta. Jumlah ini naik 11% dibandingkan UMP 2013 Rp 2,2 juta.
Beban bahan baku yang harus dipikul TOTL juga kian berat lantaran nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus melorot. Soalnya, TOTL banyak mengimpor bahan baku guna memenuhi kontrak yang tengah digarapnya.
"Margin laba bersih TOTL bisa kembali turun dengan kenaikan beban upah dan bahan baku ini," terang Reza. Saat ini, rata-rata margin laba bersih emiten konstruksi terbilang tipis, yakni hanya sekitar 3%-5%.
Selain kenaikan beban, pelaksanaan Pemilu juga menjadi faktor penekan kinerja TOTL. Reza bilang, proyek TOTL bisa tertunda dari jadwal semula lantaran situasi politik yang memanas. Bahkan baru-baru ini, pemerintah menekan anggaran belanja untuk infrastruktur.
Kontrak baru
Di tahun ini, TOTL membidik target kontrak baru Rp 5,5 triliun. Salah satu proyek proyek gedung pencakar langit minimal 50 lantai. Proyek baru tersebut mayoritas gedung perkantoran Rp 5 triliun. TOTL juga mengincar proyek pembangunan pusat perbelanjaan Rp 300 miliar, dan hotel Rp 200 miliar.
Sementara itu, proyek lanjutan (carry over) TOTL Rp 2,4 triliun. Berarti, tahun ini, TOTL bisa memperoleh kontrak Rp 7,9 triliun. Hingga Maret 2014, kontrak baru TOTL Rp 1,5 triliun.
Proyeks tersebut adalah untuk membangun MNC Tower yang berlokasi di Kebon Sirih, Jakarta Pusat ini. TOTL bekerjasama dengan perusahaan asal Jepang, Shimizu Co. Ltd.
Porsi saham TOTL dalam proyek MNC Tower 40%, selebihnya milik Shimizu.
William Surya Wijaya, Analis Asjaya Indosurya Securities menilai, faktor pemilu memang akan menghambat penggarapan proyek TOTL di tahun ini.
TOTL, misalnya, akan kesulitan mendapatkan subkontraktor untuk membantu menggarap proyek yang didapat. Soalnya, perusahaan konstruksi berebut subkontraktor lantaran sama-sama mendapatkan proyek baru di tahun ini. Kendati demikian, William menilai, prospek saham TOTL masih positif terutama dalam jangka menengah panjang
Namun, analis yakin, muramnya bisnis TOTL tak berlangsung lama. "Setelah pemerintahan baru terbentuk, TOTL justru akan kecipratan berkah karena proyek infrastruktur biasanya akan dipacu," ungkap William. Tantangan TOTL, justru dari ketatnya persaingan di antara perusahaan konstruksi lain.
Namun William merekomendasikan, beli saham TOTL dengan target di Rp 900. Reza menyarankan, hold TOTL di Rp 900 per saham.
Sementara itu, William Kho, analis Deutsche Bank juga merekomendasikan, hold di Rp 970 per saham. Senin (16/6), harga TOTL stagnan di Rp 795 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News