Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Hiruk pikuk pesta demokrasi hampir usai. Kini pasar obligasi mulai merangkak naik setelah beberapa pekan sebelumnya tertekan.
Tekanan yield mulai berkurang dengan rata-rata yield surat utang negara (SUN) turun. Hal itu terlihat pada IBPA IGBI Effective Yield Index di level 8,41% pada perdagangan Senin (11/8) turun menjadi 8,37% pada Jumat (18/8). Rata-rata harga yang ditunjukkan oleh IBPA-IGBI Clean Price Index naik dari posisi 111.233 pada Senin (11/8) menjadi 111,349 pada Jumat (15/8).
Perdagangan SUN sepanjang pekan lalu bergerak mixed dengan penurunan yield terjadi pada kelompok tenor pendek 1-5 tahun dan menengah sekitar 5-7 tahun masing-masing 2,91 basis poin dan 0,96 basis poin. Sebaliknya, yield tenor panjang 8 hingga 30 tahun naik 5,75 basis poin.
Head of Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula memperkirakan, yield SUN bertenor 10 tahun bisa berada di kisaran 7,75%-8,25% di akhir tahun. Angka tersebut turun dibandingkan posisi saat ini yang berada di level 8,3%.
Meningkatnya sentimen positif di sisi politik serta faktor makroekonomi menjadi salah satu faktor yang mengerek pasar obligasi. "Setelah pemerintahan baru terbentuk, fokus investor akan kembali kepada fundamental makroekonomi Indonesia," kata dia.
Namun Ezra memprediksi laju inflasi paruh kedua tahun ini akan sulit turun dari level 5% akibat tekanan dari rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Namun, tekanan inflasi jangka pendek ini akan dikompensasi oleh keuntungan jangka panjang bagi Indonesia. Diperkirakan, suku bunga acuan atau BI rate belum akan bergerak dari posisi 7,5% saat ini. "Proyeksi akhir tahun, inflasi di kisaran 6,3%-6,8% dan BI rate antara 7,5%-7,75%," tutur Ezra.
Pasar obligasi juga akan diuntungkan oleh ekspektasi imbal hasil US treasury yang hanya di kisaran 3%-3,3% dari perkirakan sebelumnya 3,5%- 4%. "Kami menilai surat utang Indonesia masih memberikan imbal hasil yang relatif menarik dibandingkan dengan surat utang di kawasan," kata dia.
Roby Rushandie, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) juga mencatat obligasi korporasi dalam sepekan terakhir didominasi tren bullish. Rata-rata yield keseluruhan seri obligasi korporasi turun 16,7 basis poin. "Penurunan yield terutama terjadi pada seri-seri yang memiliki rating A dan BBB," kata Roby.
Ayu Ajeng, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), memperkirakan, pasar obligasi domestik masih akan tinggi peminat. Apalagi, dalam jangka panjang sovereign rating Indonesia masih stabil serta tingkat yield menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News