kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.307.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.713   6,00   0,04%
  • IDX 8.395   57,53   0,69%
  • KOMPAS100 1.168   8,20   0,71%
  • LQ45 854   5,85   0,69%
  • ISSI 291   2,33   0,81%
  • IDX30 444   1,43   0,32%
  • IDXHIDIV20 513   2,30   0,45%
  • IDX80 132   1,04   0,80%
  • IDXV30 138   1,56   1,14%
  • IDXQ30 141   0,50   0,35%

Pasar SUN Tertekan, Yield Obligasi Negara Masih Menarik


Kamis, 10 Maret 2022 / 22:34 WIB
Pasar SUN Tertekan, Yield Obligasi Negara Masih Menarik
ILUSTRASI. Pasar SUN masih menarik di tengah bayang-bayang konflik geopolitik global dan potensi kenaikan suku bunga Fed Funds Rate.


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar surat utang negara (SUN) masih menarik di tengah bayang-bayang konflik geopolitik global dan potensi kenaikan suku bunga Fed Funds Rate dari Federal Reserve. 

Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia (BNI) Fayadri mengatakan tekanan terhadap pasar obligasi masih dipengaruhi oleh dua faktor utama. "Pertama keputusan kenaikan suku bunga yang akan diambil oleh Bank Sentral AS (The Fed) pada FOMC Meeting tanggal 17 Maret ini, serta respons BI yang akan diumumkan pada penutupan RDG BI esok harinya, kedua adalah dampak dari tensi geopolitik Rusia-Ukraina," ujar Fayadri.

Sementara, Head of Fixed Income Trimegah Asset Darma Yudha menilai ada dua hal yang menyebabkan pelemahan obligasi negara. Dua faktor ini adalah inflasi di seluruh dunia dan konflik Ukraina-Rusia sehingga menyebabkan kenaikan harga komoditas.

Baca Juga: Pemerintah Akan Melelang 7 Seri SUN Dengan Target Rp 30 Triliun pada Selasa (15/3)

"Di tengah konflik ini, akan ada flight to safety ke safe haven asset seperti ke dolar AS dan emas," ujar Darma. Menurut dia, obligasi negara masih menarik dengan yield sekitar 6,8% dan dari sisi makro diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas. 

Darma menambahkan, aliran dana asing bisa makin kencang di semester kedua. Hal ini berpotensi mengangkat harga obligasi dan menurunkan yield. Sedangkan Fayadri  mengatakan sebagai instrumen investasi yang relatif aman dan memberikan imbal hasil yang cukup tinggi, investasi SUN masih akan diminati. 

Baca Juga: Konflik Rusia-Ukraina Turut Menekan Pasar SUN

"Masih tingginya likuiditas investor domestik masih akan menjadi faktor pendukung untuk pasar SUN," ujar Fayadri.

Fayadri memperkirakan akibat kenaikan suku bunga global maupun domestik yang hampir bisa dipastikan terjadi, investor akan menyesuiakan imbal hasil yang diminta pada obligasi. 

"Saat ini imbal hasil SUN masih menarik, terutama bagi investor yang memang mencari alternatif investasi untuk tujuan yield enhancement. Hal ini membuat masih ada potensi untuk masuknya investor asing," pungkas Fayadri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×