kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.950   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Pasar segera dibuka, ini rekomendasi untuk saham HMSP, GGRM, RMBA, ITIC & WIIM


Senin, 22 Februari 2021 / 08:05 WIB
Pasar segera dibuka, ini rekomendasi untuk saham HMSP, GGRM, RMBA, ITIC & WIIM


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Perdagangan surat berharga di Bursa Efek Indonesia pada Senin 22 Februari 2021 segera dibuka. Sebelum perdagangan dimulai, analis memberikan rekomendasi terhadap saham emiten rokok seperti PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM), PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) dan PT Bentoel International Inv Tbk (RMBA).

Industri Hasil Tembakau (IHT) menjadi salah satu industri yang terpukul oleh adanya Covid-19. Selain itu, kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) atau cukai rokok sebesar 12,5% yang diterapkan mulai Februari 2021 turut memperberat kinerja emiten rokok.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menjelaskan, secara fundamental emiten-emiten rokok terutama pemain besar tertekan cukup dalam akibat kenaikan cukai rokok. Dimana, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menjadi emiten yang paling merasakan dampaknya lantaran kenaikan cukai tersebut lebih kepada sigaret kretek mesin (SKM).

“Sedangkan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) dengan sigaret kretek tangan (SKT)-nya yang tidak mengalami peningkatan, membuat perokok beralih ke WIIM sehingga terlihat dari sisi laba bersih yang meningkat,” terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (21/2).

Jika meniliki laporan keuangan hingga kuartal III-2020, emiten berkode saham WIIM membukukan pendapatan Rp 1,39 triliun atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1 triliun, adapun laba bersih Rp 108,69 miliar melesat dari periode yang sama tahun 2019 yang hanya Rp 15,40 miliar.

Chris melihat, prospek emiten rokok ke depannya masih kurang baik mengingat permintaan yang masih cenderung rendah. 

Baca Juga: Emiten rokok masih tertekan, saham apa saja yang menarik?

“Cost dari perusahaan rokok yang masih tinggi tentu berdampak kurang baik dari sisi sektor rokok itu sendiri,” tambah Chris.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×