Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pasar surat berharga negara (SBN) berpotensi tetap melempem dalam jangka pendek. Merujuk Bloomberg pada Selasa (22/11), indeks obligasi pemerintah (Inter Dealer Market Association) sudah merosot ke level 98,65, posisi terendah sejak Februari 2016. Bahkan, yield SUN seri acuan bertenor 10 tahun yakni FR0056 sudah melambung hingga 7,98% per Rabu (23/11).
Ariawan, Fixed Income Analyst PT BNI Securities mengakui, dalam kurun beberapa pekan terakhir, pasar obligasi negara Indonesia tengah loyo. Katalis negatif terutama berasal dari eksternal. Yakni terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke - 45.
Sebelumnya, pasar memang mengunggulkan Hillary Clinton sebagai pemenang. Terlebih, konsensus Bloomberg menunjukkan, peluang kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) pada pertemuan Desember 2016 sudah mendaki hingga 98%.
Maklum, wacana kebijakan Trump cukup agresif, semisal pemangkasan pajak. Trump juga berpotensi mengais dana dari pasar surat utang guna memenuhi penggenjotan belanja pemerintah. Jika direalisasikan, inflasi Negeri Paman Sam bakal membesar. Yield US Treasury pun bakal terkerek.
Tekanan juga bertambah akibat aksi realisasi keuntungan (profit taking) investor asing jelang pengujung tahun 2016. "Nilai tukar sebagian besar negara di dunia, termasuk rupiah, melemah terhadap dollar AS. Tapi ini tidak usah dikhawatirkan karena net sell asing di SBN bulan ini masih jauh lebih kecil ketimbang total net buy," jelasnya.
Per Oktober 2016, investor asing mencatatkan net buy SBN sebesar Rp 117,12 triliun (YtD). Sementara per 21 November 2016, net sell investor asing hanya sebesar Rp 16,91 triliun (MtD).