kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.797   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Pasar saham, obligasi, dan emas tertekan di kuartal I, ini prospeknya pada kuartal II


Kamis, 01 April 2021 / 09:47 WIB
Pasar saham, obligasi, dan emas tertekan di kuartal I, ini prospeknya pada kuartal II
ILUSTRASI. Instrumen investasi cenderung membukukan pertumbuhan kinerja yang tipis, bahkan negatif.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kuartal pertama 2021 rupanya bukan menjadi periode yang baik bagi kondisi pasar modal. Berbagai kinerja instrumen investasi cenderung membukukan pertumbuhan kinerja yang tipis, bahkan beberapa berada di area negatif.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) misalnya, sepanjang kuartal pertama 2021, tercatat hanya berhasil mencatatkan pertumbuhan tipis 0,11%. Sementara obligasi pemerintah yang tercermin dari Indobex Government Bond justru berkinerja negatif, yakni turun 2,35%. Obligasi korporasi yang tercermin dari Indobex Corporate Bond malah berhasil tumbuh 1,66%.

Sementara untuk kinerja instrumen safe haven, dolar Amerika Serikat (AS) berhasil membukukan pertumbuhan kinerja sebesar 3,38%. Lalu emas justru bernasib sebaliknya, si kuning ini malah terkoreksi hingga 11,15%. 

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi menyebutkan, sejatinya kuartal pertama 2021 adalah momen pemulihan sehingga menjadi peluang investasi yang menarik. Tapi, pada tiga bulan pertama ini, emerging markets termasuk Indonesia justru underperform akibat kenaikan yield US Treasury,

Baca Juga: Rupiah melemah tipis ke Rp 14.535 per dolar AS pada Kamis (1/4) pagi

“Yield US Treasury mengalami kenaikan disebabkan ekspektasi kenaikan inflasi saat stimulus jumbo Joe Biden disetujui. Hal ini pada akhirnya membuat asing keluar dananya dari Indonesia, sekalipun the Fed memasang target dovish hingga 2023. Dampaknya, pasar obligasi dan pasar saham di emerging markets terdepresiasi,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (31/3).

Sementara terkait merosotnya kinerja emas pada awal tahun ini, Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengaku hal tersebut bukanlah hal yang mengejutkan. Sudah banyak pihak, termasuk Avrist AM yang melihat bahwa emas akan cenderung berkinerja negatif pada tahun ini.

“Avrist AM sebenarnya sudah tidak memandang emas punya outlook positif sejak menyentuh level tertingginya pada 2020. Kenaikan emas sebenarnya cenderung lebih bersifat euforia dan saat ini juga sudah tidak sejalan dengan topik pemulihan ekonomi,” imbuh Farash.

Baca Juga: IHSG dibuka menguat pada Kamis (1/4) setelah turun tiga hari beruntun


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×