Sumber: CoinDesk | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Sempat menembus US$ 59.000, harga Bitcoin kembali melorot ke level US$ 56.000 pada Jumat (26/11), di tengah pasar saham yang memerah karena kekhawatiran atas varian baru virus corona yang mungkin lebih menular dan kebal terhadap vaksin.
Mengacu data CoinDesk, harga Bitcoin pada Jumat (26/11) pukul 14.55 WIB ada di US$ 56.713,3 atau turun 1,57% dibanding posisi 24 jam sebelumnya. Padahal, pada Jumat pagi, harga aset tertua di dunia ini sempat menembus US$ 59.000.
Melansir CoinDesk, penurunan harga Bitcoin di tengah penghindaran risiko di pasar saham menunjukkan, mata uang kripto belum menemukan penerimaan sebagai lindung nilai yang aman.
Tindakan risk-off klasik muncul setelah laporan varian virus corona baru yang terdeteksi di Afrika Selatan, Botswana, dan Hong Kong, yang mungkin lebih menular dan resisten terhadap vaksin Covid-19.
Jika kekhawatiran itu menjadi kenyataan, banyak negara bisa menerapkan kembali pembatasan bahkan penguncian yang menyakitkan secara ekonomi.
Baca Juga: Harga Bitcoin mulai menanjak, tapi belum bisa keluar dari level di bawah US$ 60.000
Penguncian, jika terjadi, mungkin akan memperburuk gangguan rantai pasokan, mendorong inflasi lebih tinggi, hal yang positif untuk Bitcoin, mengingat secara luas dianggap sebagai penyimpan aset nilai.
Menurut JPMorgan, reli harga Bitcoin pada Oktober lalu terutama didorong oleh ekspektasi lonjakan inflasi dan daya tarik lindung nilai inflasi dari mata uang kripto. Indeks harga konsumen (CPI) AS sudah berada di level tertinggi dalam tiga dekade terakhir.
Kenaikan lebih lanjut dalam CPI bisa membuat bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) memprioritaskan pengendalian inflasi atas pertumbuhan ekonomi dengan melepaskan stimulus lebih cepat. Itu bisa menyebabkan deflasi harga aset.
Bitcoin, yang tetap rentan terhadap kebijakan pengetatan The Fed, turun tajam pada 10 November lalu, setelah CPI AS yang lebih panas dari perkiraan mendukung kekhawatiran kenaikan suku bunga oleh The Fed.
Risalah dari pertemuan The Fed pada November yang dirilis Rabu (24/11) lalu menunjukkan, bank sentral AS bersedia menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News