Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
Strategi penerbitan obligasi korporasi dinilai menarik, mengingat ekspektasi suku bunga acuan yang diproyeksikan akan turun dalam beberapa waktu mendatang.
“Penerbitan obligasi digunakan untuk memperoleh dana yang lebih murah dengan beban bunga lebih terjaga atau lebih rendah, sekaligus menjadi strategi emiten yang lebih stabil di tengah volatilitas pasar saham,” ungkap dia, Senin (17/3).
Tren penerbitan obligasi pun bakal tetap ramai, termasuk untuk kebutuhan ekspansi bisnis. Kemungkinan besar emiten-emiten dari sektor energi, barang baku, dan industri diperkirakan akan cukup gencar dalam menerbitkan surat utang pada tahun ini.
Praska juga memprediksi, obligasi yang diterbitkan di dalam negeri bakal jadi pilihan ideal bagi emiten di tengah kondisi kurs rupiah yang masih bergerak volatil. “Sebab, biaya pendanaan untuk obligasi korporasi lokal relatif lebih stabil,” kata dia.
Baca Juga: China Gelontorkan Stimulus, Dana Asing Akan Pindah dari Pasar Saham Indonesia?
Senada, VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengatakan, semenjak suku bunga Bank Indonesia (BI) dipangkas 25 bps pada Januari 2025, tingkat kupon obligasi menjadi berkurang.
Alhasil, cost of fund yang mesti ditanggung emiten ketika menerbitkan obligasi juga lebih rendah. Kondisi ini juga menguntungkan bagi emiten yang membutuhkan refinancing utang dengan bunga yang lebih rendah.
“Jika melihat peluang pemangkasan suku bunga The Fed hingga Desember 2025 yang turun ke level 3,5% - 3,75%, maka BI rate berpotensi turun hingga 50 bps hingga akhir tahun ini, sehingga kami berpandangan hal ini akan mendorong penerbitan obligasi,” tutur dia.
Di sisi lain, investor bakal tetap menginginkan imbal hasil yang tinggi atas obligasi yang diterbitkan suatu korporasi, mengingat risk premium Indonesia yang tergolong tinggi jika dibandingkan pasar global. Namun, biar bagaimana pun investor tetap harus memperhatikan rating emiten yang menerbitkan obligasi.
Praska juga menganggap, peringkat kredit sangat penting diperhatikan oleh para investor yang hendak berinvestasi pada saham-saham emiten penerbit obligasi. Di samping itu, penilaian terhadap prospek bisnis dan kondisi keuangan emiten penerbit obligasi juga patut dilakukan oleh investor.
Baca Juga: Ada Gelontoran Stimulus dari China, Bagaimana Efek ke Pasar Saham Indonesia?
“Penting bagi investor untuk menganalisis rasio-rasio keuangan emiten untuk melihat apakah emiten tersebut bisa memenuhi kewajiban utangnya,” kata Praska.
Di antara emiten-emiten yang baru-baru ini menawarkan obligasi atau sukuk, Praska merekomendasikan trading buy saham PTRO dengan target harga di level Rp 4.200 per saham. Di lain pihak, Audi merekomendasikan hold saham TBIG dengan target harga di level Rp 2.200 per saham.
Selanjutnya: Siloam Hospitals Lippo Cikarang Soroti Pentingnya Penanganan Trauma Cepat dan Tepat
Menarik Dibaca: BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis: Banten, Jakarta, Jawa Barat Berpotensi Hujan Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News