Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana Exchange Traded Fund (ETF) rupanya belum menunjukkan perkembangan minat yang signifikan. Hal ini bisa tercermin dari tren dana kelolaannya.
Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan ETF sebelum terjadinya pandemi, yakni pada akhir 2019 berada di Rp 13,98 triliun. Sempat mengalami kenaikan hingga jadi Rp 16,18 triliun pada akhir tahun 2020, namun pada tahun ini rupanya trennya menurun. Pada akhir Mei 2021, dana kelolaan ETF susut menjadi Rp 14,85 triliun saja.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, secara minat sebenarnya untuk ETF memang cenderung belum banyak pertumbuhan yang berarti. Apalagi, indeks-indeks saham yang dijadikan acuan ETF sejauh ini dari sisi kinerja juga masih tertekan.
“ETF kan kinerjanya mengekor indeks yang dijadikan acuan, ketika pasar kondisinya tertekan dalam waktu yang cenderung lama, tentu akan ada penurunan minat dalam jangka pendek. Tapi, ketika pasar membaik dan indeks-indeks mulai naik lagi, minat terhadap ETF dengan sendirinya akan tumbuh lagi,” kata Wawan kepada Kontan.co.id, Jumat (25/6).
Optimisme Wawan didasari pada apa yang terjadi pada periode jelang akhir tahun lalu. Saat itu, pelaku pasar menyambut baik upaya vaksinasi dan pemulihan ekonomi pada 2021, IHSG pun melonjak hingga ke level 6.400. Namun, memasuki tahun ini ternyata realisasinya tidak sebaik ekspektasi semula.
Baca Juga: Reksadana pasar uang kembali jadi reksadana dengan kinerja paling apik di pekan lalu
Terlebih lagi, dalam seminggu terakhir pasar saham kembali tertekan dengan melonjaknya kasus Covid-19 dan adanya pengetatan pembatasan sosial. Wawan menilai, efeknya bisa kembali memukul optimisme pelaku pasar dan membuat pasar saham akan terkena imbasnya untuk sebulan hingga dua bulan ke depan.
Sementara Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengaku, ETF yang berbasis saham, dari segi minat masih didominasi oleh investor institusi. Salah satu penyebabnya adalah minimal pembeliannya yakni 1 kreasi atau 100.000 unit penyertaan. Artinya, dana yang diperlukan cukup besar, sehingga investor ritel yang masuk tidak banyak jumlahnya.
“Kalau bicara outlook ETF, tentu kinerjanya tergantung kinerja indeks saham acuannya. Tapi, sebenarnya kinerja ETF secara umum cenderung stagnan atau agak turun karena kinerja IHSG selama beberapa tahun ini kurang kondusif,” imbuh Rudiyanto.
Rudiyanto melihat, salah satu faktor yang bisa membuat ETF kembali menarik adalah ketika indeks saham secara umum mengalami kenaikan. Hal ini akan memicu kenaikan kinerja ETF maupun dana kelolaannya.
Terkait ETF yang bisa dilirik, ia tak memiliki rekomendasi khusus. Pasalnya, terlalu banyak indeks yang dijadikan acuan ETF, seperti LQ-45, IDX30, Sri-Kehati, dsb. Namun, secara umum, Panin AM memproyeksikan IHSG diproyeksikan berada di level 6.700-6.800 hingga akhir tahun
Senada, Wawan juga menyebut untuk prospek kinerja ETF antara satu sama lain cenderung mirip. Justru, kondisi saat ini Wawan justru melihat ETF yang berbasis obligasi bisa dijadikan pilihan.
“Pandemi ini membuat banyak ketidakpastian, artinya obligasi jauh lebih menjanjikan karena menawarkan kupon yang pasti. Katakanlah ETF berbasis SBN, selama investor bisa hold 2-3 tahun, investor akan mendapat kupon 6% tiap tahunnya, ini bisa jadi buffer yang baik ketika kinerja SBN ternyata justru merugi,” jelasnya.
Sementara itu, Portfolio Manager Samuel Asset Management (SAM) Budi Santoso melihat produk miliknya, reksadana ETF SRI-KEHATI dari segi peminat berpotensi terus membaik seiring meningkatnya kesadaran dan minat investor untuk berpartisipasi dalam investasi yang bertema Environmental, Social and Governance.
Baca Juga: Kepemilikan ETF Bank Sentral Jepang Tembus 50 Triliun Yen, Risiko Pasar Naik
Ia optimistis, kinerja reksadana tersebut setidaknya berpotensi memiliki kinerja yang jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Hal ini berdasarkan dari kinerja laporan keuangan emiten sejauh ini yang sebagian besar sudah menunjukkan perbaikan seiring membaiknya ekonomi dan sentimen pasar. Di samping itu data ekonomi makro juga menunjukan perbaikan sejalan dengan proses vaksinasi yang terus berjalan.
“Hal ini menimbulkan optimisme terhadap percepatan pemulihan ekonomi ke depan, sehingga kami prediksi kinerja Reksa Dana ETF SRI-KEHATI saat ini hingga akhir tahun 2021 berpotensi mencatatkan kinerja yang lebih baik,” jelasnya.
Selanjutnya: Efek Pembobotan Indeks Sri Kehati ke Reksadana Indeks Tak Seberat LQ45 dan IDX30
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News