kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar panik, rupiah terkapar menuju Rp 10.500


Jumat, 16 Agustus 2013 / 07:14 WIB
Pasar panik, rupiah terkapar menuju Rp 10.500
Negara G20 diharap mulai perhatikan kelompok rentan seperti anak-anak dalam proses pembangunan. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nym.


Reporter: Anna Suci Perwitasari, Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Nilai tukar rupiah mengalami tekanan hebat. Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) kemarin (15/8) menunjukan  rupiah di posisi Rp 10.318 per dollar Amerika Serikat (AS). Ini level terendah sejak tahun 2010.

Di di pasar spot, nilai tukar rupiah lebih parah lagi, yakni berada di level Rp 10.413 per dollar AS. Bahkan di pasar non delivery forward (NDF) yang ada di Singapura, rupiah diperdagangkan pada level Rp 10.500 per dollar AS!

Jika dihitung sejak akhir tahun 2012 lalu, nilai tukar rupiah saat itu masih berada di level Rp 9.670 per dollar AS. Ini artinya mata uang garuda ini sudah terdepresiasi hingga 6,7% sepanjang tahun 2013.  

Tekanan terhadap nilai tukar rupiah terjadi karena reaksi pasar keuangan melihat data cadangan devisa Indonesia yang terus menyusut. Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI) posisi devisa negara pada akhir Juli 2013 hanya US$ 92,67 miliar, susut US$ 5,5 miliar ketimbang akhir Juni 2013 yang sebesar US$ 98,1 miliar.

Merosotnya cadangan devisa ini di luar perkiraan banyak pihak. Mengingat di awal Juli lalu, pemerintah telah mencetak surat utang valuta asing alias global bond senilai US$ 1 miliar. BI juga telah melakukan upaya pelelangan valuta asing guna menyedot valas di pasar. Hasilnya US$ 3,1 miliar berhasil masuk kantong otoritas bank sentral tersebut.

Nyatanya hal ini tak mampu mendongkrak cadangan devisa. Padahal cadangan devisa jadi amunisi BI untuk mengerem pelemahan rupiah. "Berkurangnya cadangan devisa membuat pasar menjadi panik," kata Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih. Kondisi ini yang menyebabkan perbankan enggan melepas valas ke pasar.

Faktor lain yang memperparah tekanan kepada rupiah antara lain karena keputusan BI untuk tidak mengubah suku bunga acuan BI Rate. Seperti kita tahu, Rapat Dewan Gubernur BI Kamis (15/8) menetapkan BI Rate 6,50%.

Dari sisi eksternal sinyal perbaikan ekonomi di Amerika Serikat turut menjadi obat kuat mata uang hijau. Sementara bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve tak kunjung membuat kepastian apakah jadi menghentikan stimulus ekonomi atau mempertahankan. Akibatnya, "Paling tidak tekanan terhadap rupiah akan berlangsung hingga September," lanjut Lana.

Lana memprediksi, jika The Fed sudah memberikan kepastian, investor asing baru kembali masuk ke Indonesia. Di bulan tersebut, data ekonomi Indonesia diperkirakan membaik karena tekanan impor dari bahan bakar minyak (BBM) diprediksi turun sebagai dampak kebijakan kenaikan harga BBM Juni lalu.

BI sendiri mengaku tak khawatir dengan tekanan rupiah kali ini. Menurut Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs, saat ini, fundamental rupiah memang terus bergerak mengikuti kondisi ekonomi. "Nilai tukar rupiah terdepresiasi sesuai arah fundamentalnya," tambahnya.

BI jelas tidak akan lepas tangan dengan kondisi ini. BI akan terus menggelar operasi moneter seperti lelang swap, agar likuiditas dollar di dalam negeri lebih baik. Selain itu, BI berniat mengeluarkan tiga instrumen baru untuk meredam perlambatan ekonomi. Pertama, menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) yang tujuannya untuk mengatur likuiditas di pasar keuangan. Instrumen ini mirip Sertifikat Bank Indonesia (SBI) namun khusus untuk investor lokal.

Kedua, menurunkan batas atas rasio intermediasi alias loan to deposit ratio (LDR) terhadap Giro Wajib Minimum (GWM) yang tadinya 100% menjadi 92%. Ketiga, BI akan merevisi kebijakan GWM sekunder yang saat ini 2,5% menjadi 4%.    


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×