kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar obligasi masih dibayangi ketidakstabilan, peminat dalam lelang sukuk berkurang


Selasa, 23 Maret 2021 / 19:26 WIB
Pasar obligasi masih dibayangi ketidakstabilan, peminat dalam lelang sukuk berkurang
ILUSTRASI. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara. KONTAN/Baihaki.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara pada Selasa (23/3). Dari lelang ini, ada penurunan minat, dimana penawarannya berkurang dibanding lelang sebelumnya, walaupun tidak signifikan. 

Dari hasil ini pemerintah mendapatkan total penawaran sebanyak Rp 17,1 triliun dan penyerapan sebanyak Rp 6,3 triliun. Seri PBS029 yang akan jatuh tempo pada 15 Maret 2034 merupakan seri yang paling banyak mendapatkan penawaran dengan Rp4,34 triliun, dengan yield tertinggi 7,09%. 

Akan tetapi, seri yang paling banyak dimenangkan dalam lelang kali adalah PBS027, dengan nominal yang diserap mencapai Rp2,50 triliun, dan rata-rata yield dimenangkan sebesar 4,92%.

Menurut Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, dengan jumlah penawaran masuk yang mencapai Rp 17,1 triliun, kondisi saat ini masih terbilang baik, karena market yang masih tertekan karena peningkatan yield US Treasury. 

Baca Juga: Penawaran lelang sukuk hari ini capai Rp 17,16 triliun, pemerintah serap Rp 6,39 T

“Otomatis, dana global ini konsentrasi kesana, karena ini awal dari suatu stimulus dan ini biasanya memancing crowd lebih besar disana. Sehingga ada potensi gain lebih besar di sana, untuk jangka pendek. Dan itu akhirnya menghambat dana asing masuk ke kita,” ujar Ramdhan.

Sedangkan menurut Director and Chief Invesment Officer Manulife Asset Management, Ezra Nazula, Penawaran pada hari ini masih sejalan dengan penawaran sebelumnya, dan lelang sukuk masih didominasi oleh investor dalam negeri. 

“Menurut saya dengan kondisi yang cukup volatile, akhir-akhir dengan Treasury yang gonjang-ganjing, saya rasa demand yang masuk menjanjikan ke depannya. Demand investor dalam negeri masih cukup tinggi,” katanya.

Dengan penyerapan yang masih di bawah target indikatif, yaitu Rp 6,39 triliun, dari target Rp 12 triliun, menurut Ramdhan pemerintah saat ini punya bargaining yang baik, dalam arti penyerapan lelang. Walaupun tidak sesuai target indikatif, apabila yield yang masuk tidak mencerminkan yield pasar, maka pemerintah tidak akan memenangkan itu. 

“Yang dimenangkan itu yang mencerminkan yield pasar, di secondary market-nya terutama. Jadi yield antara primary market dan secondary market memang harus sama, harus seimbang, harus mendekati paling tidak. Nah kalo saya lihat selama ini pemerintah sebagai penerbit punya bargaining di situ,” katanya.

Dalam lelang Selasa (23/3), seri yang paling banyak ditawar yaitu seri PBS029 yang jatuh tempo pada 15 Maret 2034, penawaran yang masuk sebanyak Rp 4,34 triliun, dan seri PBS027 yang jatuh tempo pada 15 Mei 2023, penawaran yang masuk sebanyak Rp 4,03 triliun.

Menurut Ezra, terkait dengan seri yang paling banyak ditawar, hal ini dikarenakan memang ada perbedaan tujuan dari investasi di SBSN. 

“Mungkin memang investor yang mencari tenor yang lebih pendek, ada kebutuhan investasi jangka pendek, untuk memenuhinya mereka investasi ke tahun 2023. Yang bagus saat ini demand untuk tenor panjang PBS029, menunjukkan yield yang ditawarkan di level saat ini sudah menarik, jadi investor tidak hanya fokus ke 2023, dan sudah lebih berani untuk masuk ke tenor 10-15 tahunan, itu menunjukkan yield level dan long-term prospect untuk pasar sukuk Indonesia juga bagus,” katanya.

Baca Juga: Pergerakan yield US Treasury akan pengaruhi lelang Sukuk di hari Selasa (23/3)

Terkait dengan masih tingginya penawaran untuk tenor pendek, menurut Ramdhan bahwa kondisi ketidakstabilan yang masih tinggi, hal ini mengindikasikan investor masih memberikan minat yang pada tenor pendek, karena volatilitasnya lebih rendah, otomatis risiko yang dihadapi juga lebih rendah.

Untuk kondisi pasar obligasi Indonesia saat ini, Ezra menilai bahwa memang secara jangka pendek memang masih ada sentimen global, sentimen AS dan gonjang-ganjing yield. 

“Selama masih ada gonjang-ganjing yield market memang masih susah untuk melakukan valuasi ke level berapa untuk masuk kembali. Akan tetapi ini semua hanya sementara, pada saat sudah kembali lagi stabil sudah bisa valuasi. Harapannya adalah ketika sentimen berlalu, fundamentalnya terlihat masih sangat menarik, jadi investor lebih marak lagi masuk ke pasar obligasi kita, atau sukuk juga,” pungkasnya.

Selanjutnya: Penerbitan SBN akan dipangkas, begini kata ekonom Bank Mandiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×